Teori Dekonstruksi dipopulerkan oleh Jacques Derrida Pada era postmodern. Melalui dekonstruksi ia mengkritisi filsafat modern barat yang mana mengganggap suatu kebenaran yang tunggal, mutlak serta absolut.
Memahami Teori dekonstruksi
Pemahaman tentang definisi dekonstruksi derrida sedikit rumit karena ia tidak membatasi pengertian dekonstruksi hanya dalam satu definisi saja , yang artinya tergantung penafsiran setiap pembacanya karena memang dimensinya yang sangat luas.
Teori ini menuai kontroversi dari berbagai kalangan pakar terutama mereka yang masih meyakini penuh positivisme dan modernisme, karena menurut mereka pemikiran Derrida ini cenderung relative atau nihil dalam suatu diskursus (Nurhidayat, 2013).
Dekonstruksi menurut Derrida adalah suatu cara untuk memahami teks, dimana dalam perpektif sosiologis teks itu sendiri juga sebagai realitas sosial (Suyanto, Dkk, 2018). Tujuan dari Dekonstruksi ini menjadi rangsangan untuk membuka pemikiran tertutup, yang mana suatu kebenaran telah dilegitimasi sebagai satu-satunya kebenaran.
Berawal dari kritiknya terhadap pemikiran filsafat modern dan logosentrisme artinya Derrida ingin membongkar kemapananan pemikiran modern yang anti kemajemukan.(Al-Fayyadl, 2005). Dekonstruksi pada dasarnya sebuah tanggapan terhadap totalitas makna, Penafsiran, atau pengetahuan yang dilegitimiasi dalam catatan sejarah, kelompok sosial, kultur, politik dan ideologi pelbagai order of things yang ingin menata dunia melalui satu system tunggal dan absolut.
Pemikiran dekonstruksi Derrida berusaha untuk memperlihatkan adanya pemikiran lain yang bisa menjadi sebagai alternatif dari pemikiran yang “ada†sebelumnya . Gagasan yang ia tawarkan ini dapat menjadi hal yang lebih bagi perspektif-perspektif yang mana selama ini termarjinalkan oleh pemikiran tunggal dan absolut (Nurhidayat, 2013).
Akan tetapi, Menurutnya esensi dekonstruksi bukanlah konsep penghancuran tanpa adanya suatu solusi. Baginya gagasannya ini merupakan kunci yang dapat mengatasi problema di masyarakat modern saat ini yang tengah terjebak dalam labirin kebenaran tunggal.
Baca Juga: Teori Hiperrealitas
4 tahap Pembacaan Dekonstruksi

Teori Dekonstruksi Derrida berkutat pada teks dan Bahasa karena mengingat lahirnya suatu gagasan terbentuk oleh bahasa (teks) tetapi pembahasan . Derrida tidak membedakan mana teks dan konteks karena menurutnya apa yang disebut konteks saat ini misal sejarah, politik, budaya, agama, ekonomi dan lain sebagainya sudah menjadi bagian dari teks itu.
Selanjutnya pada pembacaan dekonstruksi Derrida terdapat empat tahap untuk melihat suatu realitas.
- Pertama tahapan prapembacaan, pada tahap ini memilih apa yang menjadi focus dekonstruksi itu sendiri. Hal ini merupakan tahapan dasar untuk menentukan tahap selanjutanya.
- Kedua adalah tahap rekosntruksi, yakni di mana proses menunjukkan dominasi dalam suatu realitas serta Menyusun hal ihwal yang mana merupakan focus dekonstruksi yang telah ditentukan.
- Ketiga merupakan tahap dekonstruksi , pada tahap ini menunjukkan secara sistematis dan argumentative inkonsistensi logika dominan dalam suatu realitas itu sendiri dengan cara menggunakan gagasan-gagasan kunci dekonstruksi. Melalui gagasan-gagasan tersebut maka akan dapat ditampilkan unsur alternatif atau logika baru yang menjadi anti-tesis logika mapan yang telah ada sebelumnya.
- Keempat adalah tahap reinskripsi yaitu tahap dimana hasil pembacaan disusun Kembali dan menampilkan pesan atau makna “yang lain†yang telah didekonstuksi (Ungkang, 2013).
Secara teoritis telah diketahui mengenai sasaran dalam pembacaan dekonstruksi yakni melalui kritiknya terhadap logosentrisme. Pembenaran secara absolut dibantah oleh Derrida melalui buah pemikirannya yang dikenal sebagai Differance.
Differance merupakan gagasan Derrida dalam melihat instabilitas realitas, dalam hal ini perbedaan-perbedaan menunda suatu makna menjadi suatu kebenaran yang mapan. Penangguhan ini berjalan seiring tercipta realitas tersebut.
Cara Analisis dengan Teori Dekontruksi Derrida
Teori dekonstruksi Jacques Derrida adalah sebuah teori kritis yang bertujuan untuk mengungkapkan aspek-aspek tersembunyi dalam pemikiran dan bahasa yang sering dianggap sebagai suatu kesatuan atau kebenaran yang pasti. Teori ini menekankan pada kompleksitas dan ketidakpastian dalam pemikiran dan bahasa, serta peran kekuasaan dalam menciptakan hierarki dan membatasi makna.
Berikut adalah cara melakukan analisis dengan menggunakan teori dekonstruksi Derrida:
Identifikasi aspek hierarki dan oposisi dalam teks yang akan dianalisis.
Dalam teori dekonstruksi, Derrida menekankan pada pentingnya mengidentifikasi hierarki dan oposisi dalam teks yang akan dianalisis. Hierarki dan oposisi sering kali tersembunyi dan dianggap sebagai suatu kesatuan atau kebenaran yang pasti. Oleh karena itu, identifikasi hierarki dan oposisi adalah langkah awal yang penting dalam analisis dengan menggunakan teori dekonstruksi.
Temukan titik kelemahan dalam teks yang akan dianalisis.
Setelah mengidentifikasi hierarki dan oposisi dalam teks, temukan titik kelemahan atau ketidakpastian dalam teks tersebut. Temukan bagian-bagian dalam teks yang mungkin tidak konsisten dengan hierarki dan oposisi yang telah diidentifikasi sebelumnya.
Dekonstruksi teks dengan menggunakan teknik dekonstruksi.
Setelah menemukan titik kelemahan dalam teks, lakukan dekonstruksi dengan menggunakan teknik-teknik dekonstruksi yang dikembangkan oleh Derrida. Salah satu teknik dekonstruksi yang umum digunakan adalah teknik dekonstruksi logocentris, yaitu mempertanyakan asumsi-asumsi yang mendasari pemikiran dan bahasa yang sering dianggap sebagai kebenaran atau kesatuan yang pasti.
Pertanyakan asumsi-asumsi yang mendasari pemikiran dan bahasa dalam teks.
Dalam proses dekonstruksi, pertanyakan asumsi-asumsi yang mendasari pemikiran dan bahasa dalam teks. Temukan asumsi-asumsi yang tersembunyi dan tidak terlihat dalam teks, serta pertanyakan asumsi-asumsi tersebut.
Temukan kemungkinan alternatif dalam pemikiran dan bahasa yang digunakan dalam teks.
Setelah melakukan dekonstruksi, temukan kemungkinan alternatif dalam pemikiran dan bahasa yang digunakan dalam teks. Cari alternatif yang dapat mengeksplorasi kompleksitas dan ketidakpastian dalam pemikiran dan bahasa, serta membuka ruang untuk interpretasi yang lebih luas.
Dalam melakukan analisis dengan teori dekonstruksi Derrida, penting untuk tidak hanya membatasi diri pada interpretasi yang dihasilkan oleh teks, tetapi juga mempertimbangkan kompleksitas dan ketidakpastian dalam pemikiran dan bahasa. Teknik-teknik dekonstruksi dapat membantu dalam mengungkapkan aspek-aspek tersembunyi dalam teks yang sering diabaikan atau dianggap sebagai suatu kesatuan atau kebenaran
Contoh Dekonstruksi dalam Deradikalisasi ideologi
Jika dilihat dalam konteks pemikiran deradikalisasi dari Pemikiran radikal yang memicu terjadi aksi terorisme, dapat dipahami secara sistematis bagaimana para radikalis mereduksi suatu kebenaran atas tafsir agama yang menimbulkan intoleransi dan berujung terorisme.
Mereka meyakini jihad sebagai perang yang suci yakni memerangi umat dari agama lain atau yang mereka anggap kafir, selain itu para radikalis ini juga mengimani bahwa jihad yang mereka lakukan tidak mengenal kalah bahkan mereka meyakini akan masuk Surga bagi mereka para Syuhada atau Mujahid hal ini menjadi bagian perhatian dari dekonstruksi (Hardiman, 2015).
Dalam melihat realita sosial melalui gagasan Differance terdapat kontradiksi dalam realitas tersebut yakni Selalu ada perbedaan dan penangguhan makna yang senantiasa berjalan. Penafsiran terhadap makna yang absolut melupakan berbagai aspek yang juga turut menjadi bagian dari kebenaran itu sendiri atau yang lain
Penafsiran para radikalis dalam memahami nilai-nilai Islam yang terkonstruksi merupakan pandangan logosentris ,yang mana buah pemikiran itu intoleran terhadap perbedaan. Maka dari itu upaya dekonstruksi melalui moderasi agama sebagai strategi deradikalisasi guna untuk menangguhkan makna yang telah menjadi Konsensus para radikalis dalam menafsiran nilai-nilai Islam yang radikal.
Dekosntruksi terhadap penafsiran agama para eks napiter melalui moderasi Bergama sebagai strategi dalam deradikalisasi bertujuan untuk melunturkan pemikiran-pemikiran dogmatis dan ekstrem yang intoleran terhadap sentiment agama.
Deradikalisasi mencoba untuk membongkar konstruksi pemikiran para eks napiter yang telah mapan lalu membangun dan menghadirkan kembali makna baru . Melalui moderasi agama untuk membongkar suatu makna atas penafsiran Islam yang direduksi.
Pada tahap berikutnya, akan dibangun kembali pemikiran melalui diseminasi makna nilai-nilai Islam yang moderat. Konsep diseminasi Derrida memperhatikkan berbagai perspektif atau istilah kunci, asumsi-asumsi, dan logika yang terkandung dalam suatu teks atau konstruksi realitas yang terbangun (Ungkang, 2013).
Diseminasi secara inheren memiliki peran penting dalam deradikalisasi tersebut. Penyebaran makna atau gagasan melalui moderasi beragama ini sekiranya akan mempengaruhi dan mengkonstruksi kembali pemikiran para eks Napiter tersebut dalam menafsirkan agama.
By: Deni Indarto