Teori Dekonstruksi Jacques Derrida (1930 – 2004)

by
teori dekonstruksi

Teori Dekonstruksi dipopulerkan oleh Jacques Derrida Pada era postmodern. Melalui dekonstruksi ia mengkritisi filsafat modern barat yang mana mengganggap suatu kebenaran yang tunggal, mutlak serta absolut.

Memahami Teori dekonstruksi

Pemahaman tentang definisi dekonstruksi derrida sedikit rumit karena ia tidak membatasi pengertian dekonstruksi hanya dalam satu definisi saja , yang artinya tergantung penafsiran setiap pembacanya karena memang dimensinya yang sangat luas.

Teori ini menuai kontroversi dari berbagai kalangan pakar  terutama mereka yang masih meyakini penuh positivisme dan modernisme, karena menurut mereka pemikiran Derrida ini cenderung relative atau nihil dalam suatu diskursus (Nurhidayat, 2013).

Dekonstruksi menurut Derrida adalah suatu cara untuk memahami teks, dimana dalam perpektif sosiologis teks itu sendiri juga sebagai realitas sosial (Suyanto, Dkk, 2018). Tujuan dari Dekonstruksi ini  menjadi rangsangan untuk membuka pemikiran tertutup, yang mana suatu kebenaran telah dilegitimasi sebagai satu-satunya kebenaran.

Berawal dari kritiknya terhadap pemikiran filsafat modern dan logosentrisme artinya Derrida ingin  membongkar kemapananan pemikiran modern yang anti kemajemukan.(Al-Fayyadl, 2005). Dekonstruksi pada dasarnya sebuah tanggapan terhadap totalitas makna, Penafsiran, atau pengetahuan yang dilegitimiasi dalam catatan sejarah, kelompok sosial, kultur, politik dan ideologi pelbagai order of things yang ingin menata dunia melalui satu system tunggal dan absolut.

Pemikiran dekonstruksi  Derrida berusaha untuk memperlihatkan adanya pemikiran lain yang bisa menjadi sebagai alternatif dari pemikiran yang  “ada” sebelumnya . Gagasan  yang ia tawarkan ini dapat menjadi hal yang lebih bagi perspektif-perspektif yang mana selama ini termarjinalkan oleh pemikiran tunggal dan absolut (Nurhidayat, 2013).

Akan tetapi, Menurutnya esensi dekonstruksi bukanlah konsep penghancuran tanpa adanya suatu solusi. Baginya gagasannya ini merupakan kunci yang dapat mengatasi problema di masyarakat modern saat ini yang tengah terjebak dalam labirin kebenaran tunggal.

Baca Juga: Teori Hiperrealitas

4 tahap Pembacaan Dekonstruksi

teori dekonstruksi, jacques derrida

Teori Dekonstruksi Derrida berkutat pada teks dan Bahasa karena mengingat lahirnya suatu gagasan terbentuk oleh bahasa (teks) tetapi pembahasan . Derrida tidak membedakan mana teks dan konteks karena menurutnya apa yang disebut konteks saat ini misal sejarah, politik, budaya, agama, ekonomi dan lain sebagainya sudah menjadi bagian dari teks itu.

Selanjutnya pada pembacaan dekonstruksi Derrida terdapat empat tahap untuk melihat suatu realitas.

  1. Pertama tahapan prapembacaan, pada tahap ini memilih apa yang menjadi focus dekonstruksi itu sendiri. Hal ini merupakan tahapan dasar untuk menentukan tahap selanjutanya.
  2. Kedua adalah tahap rekosntruksi, yakni di mana proses menunjukkan  dominasi dalam suatu realitas serta Menyusun hal ihwal yang mana merupakan focus dekonstruksi yang telah ditentukan.
  3. Ketiga merupakan tahap dekonstruksi , pada tahap ini menunjukkan secara sistematis dan argumentative  inkonsistensi logika dominan dalam suatu realitas itu sendiri dengan cara menggunakan gagasan-gagasan kunci dekonstruksi. Melalui gagasan-gagasan tersebut maka akan dapat ditampilkan unsur alternatif  atau logika baru yang menjadi anti-tesis logika mapan yang telah ada sebelumnya.
  4. Keempat adalah tahap reinskripsi yaitu tahap dimana hasil pembacaan disusun Kembali dan menampilkan pesan atau makna “yang lain” yang telah didekonstuksi (Ungkang, 2013).

 Secara teoritis telah diketahui mengenai sasaran dalam pembacaan dekonstruksi yakni melalui kritiknya terhadap logosentrisme.  Pembenaran secara absolut dibantah oleh Derrida melalui buah pemikirannya yang dikenal sebagai Differance.

Differance merupakan gagasan Derrida dalam melihat instabilitas realitas, dalam hal ini perbedaan-perbedaan menunda suatu makna menjadi suatu kebenaran yang mapan. Penangguhan ini berjalan seiring tercipta realitas tersebut.

Contoh Dekonstruksi dalam Deradikalisasi ideologi

Jika dilihat dalam konteks pemikiran deradikalisasi dari Pemikiran radikal yang memicu terjadi aksi terorisme, dapat dipahami secara sistematis bagaimana para radikalis mereduksi suatu kebenaran atas tafsir agama yang menimbulkan intoleransi dan berujung terorisme.

Mereka meyakini jihad sebagai perang yang suci yakni memerangi umat dari agama lain atau yang mereka anggap kafir, selain itu para radikalis ini juga mengimani bahwa jihad yang mereka lakukan tidak mengenal kalah bahkan mereka meyakini akan masuk Surga bagi mereka para Syuhada atau Mujahid hal ini menjadi bagian perhatian dari dekonstruksi (Hardiman, 2015).

Dalam melihat realita sosial  melalui gagasan Differance  terdapat kontradiksi dalam realitas tersebut yakni  Selalu ada perbedaan dan penangguhan makna yang senantiasa berjalan. Penafsiran terhadap makna yang absolut melupakan berbagai aspek yang juga turut menjadi bagian dari kebenaran itu sendiri atau “yang lain”.

Penafsiran para radikalis  dalam memahami nilai-nilai Islam yang terkonstruksi merupakan pandangan logosentris ,yang mana buah pemikiran itu intoleran terhadap perbedaan. Maka dari itu upaya dekonstruksi melalui moderasi agama sebagai strategi deradikalisasi guna untuk menangguhkan makna yang telah menjadi Konsensus para radikalis dalam menafsiran nilai-nilai Islam yang radikal.

Dekosntruksi terhadap penafsiran agama  para eks napiter melalui moderasi Bergama sebagai strategi dalam deradikalisasi bertujuan untuk melunturkan pemikiran-pemikiran dogmatis dan ekstrem yang  intoleran terhadap sentiment agama.

Deradikalisasi mencoba untuk membongkar konstruksi pemikiran para eks napiter yang telah mapan lalu membangun dan menghadirkan kembali makna baru . Melalui moderasi agama untuk membongkar suatu makna atas penafsiran Islam  yang direduksi.

Pada tahap berikutnya, akan dibangun kembali pemikiran melalui diseminasi makna nilai-nilai Islam yang moderat. Konsep diseminasi Derrida memperhatikkan  berbagai perspektif atau istilah kunci, asumsi-asumsi, dan logika yang terkandung dalam suatu teks atau konstruksi realitas yang terbangun (Ungkang, 2013).

Diseminasi secara inheren memiliki peran penting dalam deradikalisasi tersebut. Penyebaran makna atau gagasan melalui moderasi beragama ini sekiranya akan mempengaruhi dan mengkonstruksi kembali pemikiran para eks Napiter tersebut dalam menafsirkan agama.

By: Deni Indarto

BACA JUGA  Kebijakan Harga BBM - Ujian kapabilitas regulatif Bagi Pemerintah

Leave a Reply