Strategi penguatan pembangunan Madura berkelanjutan – Review Jurnal – merupakan review artikel jurnal terkait Strategi penguatan pembangunan Madura berkelanjutan. review ini sebagai proses pembelajaran bagi penulis untuk terus meningkatkan minat baca. berikut hasil reviewnya:
artikel yang direview adalah artikel dari jurnal Simulacra, Volume 1, Nomor 1, Juni 2018, yang ditulis oleh Abd Hannan berjudul “Strategi Penguatan Pembangunan Madura Yang Berkelanjutan Melalui Pemberdayaan Nilai Kearifan Lokal“
Baca Juga : https://dunialiterasi.com/pariwisata-berkelanjutan-berbasis-lokalitas-2022/
Abstract
Dalam jurnal yang berjudul “ penguatan pembangunan Madura yang berkelanjutan melalui pemberdayaan nilai kearifan lokal†terdapat permasalahan dimana pembangunan dalam suatu daerah tidak ada kemajuan. Maka dalam penelitian ini memiliki untuk menguatkan suatu pembangunan yang ada di Madura melalui pemberdayaan nilai kearifan lokal.
Artinya, yang menjadi fokus dan yang menjadi isu utama adanya penelitian ini adalah pada konsep pembangunan dan mengenai nilai kearifan lokal. Penelitian tersebut menggunakan studi deskriptif dengan pendekatan kepustakaan. Teori yang digunakan dalam membantu lancarnya proses penelitian ini yaitu teori sosiologi pembangunan.
Pada penelitian yang ditulis ini berisi mengenai proses suatu pembangunan yang ada di Madura dimana pembangunan berkelanjutan tersebut berhasil berjalan dan maju karena adanya suatu pemberdayaan nilai kearifan lokal dan terdapat penjelasan tentang sebuah perubahan sosial masyarakat pada era pembangunan di Madura yang berkelanjutan.
Pendahuluan
Indonesia sempat mengalami problem sosial pembangunan di era milenial yang menyebabkan sedikit kerisauan di beberapa kalangan dan mengalami kegagalan yang telah dirumuskan oleh negara-negara dunia seperti tingginya angka kematian, pencegahan HIV/AIDS dan lain sebagainya. Saat ini pembangunan yang ada di Indonesia lebih berkepihakan pada kepentingan kelas sosial atas atau kaum pemodal. Namun sebaliknya masyarakat dengan kelas bawah sangat sulit untuk menjangkau sebuah pembangunan.
Banyak dari masyarakat di daerah-daerah proses dalam pembangunannya mengalami sebuah permasalahan. Masalah pembangunan sebagai suatu persoalan yang terdapat pada pulau Madura. Bahwa adanya problem pada bangunan dimana penyebabnya dari beberapa faktor seperti faktor kultur dengan mentalitas kebudayaan masyarakat setempat dan faktor struktural pada sistem pembangunan yang tidak berkesesuaian.
Perlu diketahui bahwa pembangunan dalam pulau Madura ini diam ditempat atau tidak ada kemajuan. Saat ini pulau Madura tercatat sebagai daerah termiskin dalam data pusat statistik Jawa Timur yang meliputi Bangkalan, Sampang, Pemekasan dan Sumenep.
Banyak dari masyarakat yang mungkin menilai bahwa pulau Madura mempunyai potensi alam sosial yang kaya, namun pada kenyataannya Madura mengalami kemiskinan. Jadi dalam studi ini akan mengkaji tentang strategi yang digunakan dalam menguatkan pembangunan yang ada di Madura dengan pemberdayaan melalui niali kearifan lokal. Permasalahan yang terjadi tersebut dapat dijabarkan dalam beberapa pertanyaan seperti bagaimana masyarakat menguatkan pembangunan daerah pulau Madura dengan memanfaatkan suatu pemberdayaan kearifan lokal?
Metode
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan yang dapat dikatakan sebagai studi kepustakaan. Metode kepustakaan merupakan suatu metode yang menekankan penggunaan literatur yang menjadi sumber utama. Studi kepustakaan disini lebih mengedepankan suatu pembacaan data misalnya yang bersumber dari skripsi, tesis, jurnal penelitian dan lain-lain. Data yang menekankan pada studi kepustakaan ini meliputi konsep pembangunan, kearifan lokal pada masyarakat Madura dan sosiokultur dengan sudut pandang yang luas.
HASIL dan PEMBAHASAN – Strategi penguatan pembangunan Madura berkelanjutan

Dalam hasil dan pembahasan dijelaskan beberapa tinjauan yang dihasilkan. Pertama, pembangunan yang ditinjau dari konseptualnya. Dalam bab ini diuraikan beberapa pengertian pembangunan dari beberapa tokoh. Dikatakan bahwa hampir semua disiplin ilmu tidak dapat memunculkan secara final tentang pengertian pembangunan yang menandakan pembangunan berkaitan erat dengan permasalahan dan perubahan sosial yang tidak hanya kompleks namun dinamis. Dalam lingkup ilmu sosial pembangunan dibagi dalam dua kategori yaitu pembangunan yang berparadigma pada modernisasi, dan pembangunan yang berparadigma pada ketergantungan.
Kedua adalah pembangunan dan paradigma modernisasi berdasarkan tinjauan teoritis yang menjelaskan sejarah awal pembangunan yang tidak lepas dari revolusi barat pada abad pertengahan seperti revolusi industri inggris yang menjadi titik awal pembangunan dunia. Lalu dilanjutkan dengan modernisasi sebagai paradigma pembangunan yang dikuasai oleh negara super power Amerika Serikat. Setelah itu banyak muncul teori pembangunan yang seiring dengan modernisasi barat. Teori yang paling berpengaruh adalah teori pembangunan WW. Rostow.
Rostow menjelaskan dalam teorinya proses pembangunan dari negara terbelakang (tradisional) menuju negara modern. Rostow menjelaskan proses pembangunan yang mengalami 5 evolusi: masyarakat tradisional, Prasyarat untuk tinggal landas, tinggal landas, menuju ke kedewasaan dan masa konsumsi tinggi. Lima proses ini akan terjadi secara dalam proses yang multidimensional, meliput karakteristik perubahan keadaan ekonomi, sosial, dan politik di negara atau daerah yang bersangkutan.
Terdapat penjelasan tentang pembangunan era millenium atau MDGs dan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang menjadi tumpuan pada penelitian kali ini. Millennium Development Goals (MDGs) memiliki 8 bulir proyek pembangunan yaitu mengakhiri kemiskinan dan kelaparan, pendidikan universal, kesetaraan gender, kesehatan anak, kesehatan ibu, penanggulangan HIV/AIDS, keberlanjutan lingkungan, dan kemitraan global.
Sedangkan Sustainable Development Goals atau SDGs merupakan program pembangunan yang disahkan untuk melanjutkan misi MDGs namun bukan berarti memiliki kesamaan. MDGs menempatkan negara maju menjadi pengontrol dan negara berkembang sebagai pekerja.
Dalam poin selanjutnya yaitu Kearifan Lokal: Sebuah Tinjauan Konseptual dijelaskan beberapa pengertian tentang kearifan lokal dari beberapa sudut pandang dan pendapat para tokoh. Kearifan lokal yang sebenarnya adalah sebagai pengetahuan, gagasan, nilai, keterampilan, pengalaman, tingkah laku, dan kebiasaan adat yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah tertentu.
Secara praktis yaitu pada poin Deskripsi Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Madura, dijelaskan bahwa lokalitas yang ada di Madura merupakan kebudayaan yang dianut masyarakat yang berpengaruh pada seluruh aspek kehidupannya. Salah satu tema pokok kearifan lokal masyarakat Madura adalah religiusitas, pesantren, kerapan sapi, sate, remoh, sandur, tanian lanjheng, tari pecut, sape sono. Selain itu ada nilai arsitektur, bahasa, penghormatan, dan solidaritas sosial juga menjadi identitas nilai kearifan lokal masyarakat Madura.
Dalam analisanya yang dituangkan pada bab Analisis Nilai Kearifan Lokal dan Instrumen pembangunan Madura yang berkelanjutan diuraikan beberapa alasan utama penguatan pembangunan Madura yang berkelanjutan melalui nilai kearifan lokal.
Pertama, Madura merupakan daerah kepulauan. Kedua, optimalisasi kebijakan otonomi daerah. Ketiga, nilai lokal sebagai instrumen counter culture. Dalam konteks itulah diharapkan pembangunan Madura yang berlandaskan pada nilai kearifan lokal diharapkan mampu menjaga, melestarikan, dan memberdayakan segala potensi alam-sosial daerah setempat.
Pada perspektif selanjutnya dijelaskan bahwa instrumen kearifan lokal pembangunan Madura memiliki keunggulan yaitu dapat menciptakan sumber perekonomian dan memperhatikan aspek fundamental serta dalam setiap prosesnya memerhatikan aspek religiusitas dan moral. Selain itu pembangunan harus menjunjung tinggi nilai kode etik, memuat nilai tradisi, kebudayaan dan adat istiadat.
Sebagai saran, yang dituangkan dalam penelitian ini adalah, Madura harus belajar kepada daerah-daerah yang telah berhasil mengembangkan pembangunan melalui lokalitas yang ada seperti Bali, Yogyakarta, dan lain sebagainya dalam melakukan branding serta strategi pemasaran yang memanfaatkan teknologi, media massa, dan media sosial.
KESIMPULAN
Membangun Madura berkelanjutan dan mewujudkannya adalah dengan pendekatan kearifan lokal. Penguatan ini diharapkan mampu membuat masyarakat setempat mempunyai peluang dan kesempatan besar untuk dapat mengakses sumber-sumber ekonomi. Untuk mewujudkannya yaitu dengan penguatan nilai kearifan lokal Madura yang memperhatikan aspek religiusitas yang melibatkan keyakinan serta peran-peran tokoh agama seperti kyai. Dan aspek moralitas yang mengusung kode etik yang meliputi adat, tradisi, dan kebudayaan.
Untuk mendapatkan update dan memudahkan membaca artikel dari web ini tanpa membuka browser internet, anda dapat mengunduh Aplikasi dunialiterasi.com di Play Store.
Naskah lengkap Artikel bisa di download disini
Penulis:
NURUL ISNAINY dan ULFATULLAILA
Mahasiswa Prodi Sosiologi UTM semester 4