Rasionalitas Masyarakat Bantar Gebang – Sebuah Kajian Semiotika

Rasionalitas Masyarakat Bantar Gebang – Bantar Gebang merupakan salah satu Kecamatan yang terletak di Kota Bekasi, Jawa Barat. Saat seseorang mendengar kata Bantar Gebang pasti dipikirannya akan terbesit beberapa kata yang sudah tidak asing lagi disematkan untuk tempat ini. Hal itu seperti bau, kumuh, sampah, miskin dan lain sebagainya. Seperti yang diungkapkan salah satu Bos pengepul sampah, Pak Dana namanya. Pak Dana yang kesehariannya kerap disapa Bos Donor ini merupakan salah satu Bos Pengepul sampah di wilayah Bantar Gebang.

Rasionalitas Masyarakat Bantar Gebang
source: @bantargebang_story

Realitas dibalik Rasionalitas Masyarakat Bantar Gebang

Bantar Gebang bak seperti pegunungan yang menjulang tinggi dengan begitu banyak manusia riwa-riwi mencari sesuap nasi. Namun ini bukan tentang gunung, pemandangan yang menjulang itu melainkan adalah tumpukan sampah yang dibuang di TPST atau tempat pembuangan sampah terpadu yang berada di Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat.

Stigma masyarakat luar yang berasumsi bahwa masyarakat sekitar Bantar Gebang merupakan kaum marjinal atau kaum pinggiran yang kemungkinan besar nerada dibawah garis kemiskinan. Hal itu dapat ditepis oleh masyarakat Bantar Gebang dengan upayanya memperjuangkan kehidupan mereka diatas tumpukan sampah yang menjulang bak seperti gunung tinggi. Hal itu lantaran sebuah keharusan untuk tetap menjalani kehidupan.

Pak Gondrong, sapaan akrabnya. Ia mengungkapkan bahwa sampah merupakan harapannya untuk menghidupi anak dan istrinya. Dari sampah pula ia bisa makan, bahkan menyekolahkan anak-anaknya. Hal itu pula yang membuat Pak Gondrong tetap bekerja di TPST Bantar Gebang ini sebagai Pemulung. Bahkan tak jarang ia juga mengais sisa-sisa makanan yang ada ditumpukan sampah untuk ia olah kembali dan dimakan dirumah.

BACA JUGA  Industri substitusi Import di Indonesia

Tak hanya Pak Gondrong. Wardani, seorang Pemulung yang berupaya merubah kehidupan anaknya agar harapnya bahwa sang anak tak sepertinya yang berjuang diatas tumpukan sampah menggunung untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah dapat terwujud. Menurutnya, hidup hanya perlu disyukuri, dan dijalani saja. Semua sudah ada jalannya.

Masyarakat sektar Bantar Gebang menyandarkan hidupnya pada tumpukan sampah yang menurut mereka merupakan gunungnya pundi-pundi rupiah. Bagaimana tidak? Jika menurut Pemulung hasil dari pungutan sampah ditimbang dalam waktu sepuluh hari hingga satu bulan dapat menghasilkan jutaan rupiah. Meski begitu banyak tantangan yang harus dihadapi para Pemulung di Bantar Gebang, namun hal ini semata merupakan resiko yang sudah diperkirakan dari sebuah pilihan rasional untuk bisa bekerja dan mendapatkan uang.

Tak hanya Pemulung, disekitar tempat pembuangan sampah terpadu di Bantar Gebang ini juga dipenuhi para pedagang makanan ringan ataupun minuman yang berada di tempat-tempat sederhana. Beratapkan terpal mereka berjualan, menjajakan dagangannya untuk para pekerja disekitar TPST.

Menurut Rohimah, hal itu merupakan pilihannya untuk melanjutkan kehidupan. Menurutnya, meski ada rasa bau ataupun jijik. Namun untuk mendapatkan uang ia menjalaninya dengan ikhlas dan pada akhirnya terbiasa. Hal ini yang kemudian disebut sebagai sebuah pilihan rasional. Pilihan rasional adalah tindakan individu yanģ berdasar atas suatu tujuan tertentu dan tujuan itu ditentuakn oleh nilai atau pilihan (prefensi).

Perspektif Teori Pilihan Rasional

Berdasarkan atas teori pilihan rasional yang berarti sebuah asumsi bahwa seseorang atau individu memiliki prefensi dari beberapa pilihan yang ada yang memungkinkan orang tersebut dapat menentukan pilihan yang diinginkannya. Misalnya atas apa yang terjadi pada masyarakat Bantar Gebang yang memilih hidup di area TPST atau tempat pembuangan sampah terpadu dengan segala keadaan yang begitu kumuh serta bau. Namun hal tersebut adalah pilihan rasional yang sudah mempertimbangkan informasi yang ada, potensi biaya dan keuntungan untuk menentukan pilihan, dan bertindak konsisten dalam memilih tindakan tersebut.

BACA JUGA  Integrasi Teori Sosiologi Mikro - makro

Rasionalitas atau pilihan rasional selalu identik atau dihubungkan dengan ekonomi dan bahkan ada dalam buku-buku tentang ekonomi. Bahwa pilihan rasional sejatinya tak lepas dari kehidupan ekonomi masyarakat. Seperti halnya pilihan masyarakat Bantar Gebang yang diketahui tidak hanya masyarakat asli atau pribumi di Bantar Gebang tetapi juga ada yang dari Karawang, Jawa Barat, dan masih banyak lagi yang tidak diketahui semua orang. Namun mereka menentukan pilihan itu atas sebab akibat yang telah mereka perhitungkan sebelumnya.

Hidup bergantung pada sampah, agaknya merupakan sesuatu yang tabu. Namun hal tersebut tidak bagi masyarakat Bantar Gebang yang sudah menjajaki pilihan hidup di area tumpukan sampah bertahun-tahun. Bahkan saking cintanya mereka dengan sampah, atas wacana-wacana pembuangan sampah atau pengolahan sampah yang kabarnya akan dipindahkan dari Bantar Gebang, mereka akan tetap mengikuti kemanapun keberadaan TPST tersebut. “Dimana ada sampah, disitu ada saya” agaknya itu adalah pernyataan yang keluar dari mulut Pak Gondrong, seorang lelaki paruhbaya yang merupakan Pemulung dan warga di Bantar Gebang.

Referensi: Asumsi.2022.”Bantar Gebang dan Kemampuan Adaptasi Manusia”.Diakses melalui YouTube pada 23 Maret 2023.

Sugiati
Sugiati

Senang menulis, membaca, editing dan mendengarkan musik. Penulis Juga Aktif menulis di beberapa situs dan media online : Kompasiana, retizen republika, karyakarsa, medium, dan detik. Yuk berkarya untuk membuka jendela dunia

Articles: 16

Leave a Reply