Pengertian filsafat secara Umum
Pengertian Filsafat : merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Secara historis filsafat telah dikenal sejak beribu-ribu tahun lampau. Thales, nama yang diyakini sebagai orang pertama yang menggunakan akal secara mandiri terpisah dari teologi. Pola pikir demikian saat itu merupakan sesuatu yang sangat langka dan sudah sepantasnya dinilai sebagai dasar Filsafat. Selanjutnya, Filsafat mendapat perhatian secara luas dengan lahirnya Filsuf-filsuf terkemuka yang meneruskan pondasi yang telah dibangun oleh Thales.
Secara definitif, Poedjawijatna dalam Tafsir (2003) menjelaskan bahwa Filsafat merupakan unifikasi kata Philo dan Sophia dari bahasa yunani. Philo berarti Cinta (secara general) sehingga ingin mencapainya, sedangkan Shopia berarti pandai atau bijaksana. Dengan demikian Filsafat dapat diartikan ingin menjadi pandai, mencapai kebijaksanaan. Kemudian keinginan ini didasarkan pada hukum berpikir logis dan rasional dengan mengikuti dalil-dalilnya. Secara etimologi Filsafat adalah keinginan untuk menjadi bijaksana.
Secara eksplisit Poedjawijatna mengartikan Filsafat sebagai pengetahuan tentang sesuatu secara mendalam berdasarkan pada kekuatan pikiran belaka. Dengan demikian dalam Filsafat penilaian didasarkan pada logika rasional. Berbagai pengertian Filsafat dirumuskan oleh para Filsuf namun pada dasarnya mengacu pada penggunaan akal secara mendalam dalam menemukan jawaban atas sebuah permasalahan. Hal ini merupakan wujud penyempitan makna Filsafat, dimana filsafat ditekankan pada latihan berpikir secara mendalam untuk memenuhi kesenangan akal[1]

Pengertian filsafat Menurut para Tokoh
Untuk lebih memahami secara terperinci berikut pendapat para tokoh berkaitan dengan Filsafat:
berikut ini pengertian filsafat menurut tokoh:
Plato (427-347 SM)
Merupakan usaha pencarian kebenaran secara berkesinambungan dan bersifat spekulatif atas kebenaran universal. Plato banyak menyinggung tentang kebenaran sebagai ide yang abadi tidak pernah berubah. Plato dimasukkan dalam aliran Filsafat Spekulatif
Aristoteles (384-322 SM)
Menurutnya Shopia/kebijakan merupakan karya intelektual tertinggi. Sedangkan Philosopia sama dengan epesteme merupakan kumpulan pengetahuan rasional berkaitan dengan objeknya. Pada perkembangan selanjutnya filsafat aristoteles disebut Metafisika.
Socrates (469-399 SM)
Socrates mengajarkan bahwa kebajikan bersumber dari pengetahuan. Sedangkan kebajikan merupakan faktor utama yang melahirkan kebahagiaan. Menurutnya Filsafat merupakan renungan reflektif atas diri sendiri berdasarkan prinsip keadilan dan kebahagiaan
Marcus Tullius Cicero (106-43 SM)
Cicero termasuk dalam aliran filsafat Stoic. Menurutnya filsafat adalah ibu dari seluruh pengetahuan. Dalam karyanya De Natura Deorum, Cicero mendefinisikan Filsafat sebagai pengetahuan akan kehidupan (The art of life)
Francis Bacon
Bacon dikenal dengan metode Induksinya. Metode ini didasarkan pada pengamatan dan uji coba dalam rangka mencari kebenaran dalam bidang pengetahuan. Menurutnya Filsafat merupakan Ibu yang agung bagi ilmu-ilmu lainnya (The Great Mother of the Sciences).
Hegel (1770-1831)
Hegel merupakan penganut Filsafat idealisme. Filsafat diartikan sebagai penyelidikan atas sesuatu berdasarkan pada pemikiran dan perenungan (The investigation of thing by thought an contemplation)
Herbert Spencer (1820-1903)
Filsafat merupakan pengetahuan dari generalisasi yang paling tinggi. Menurutnya filsafat mencakup konsepsi tentang Tuhan, alam dan manusia.
Bertrand Russel (1872-1970)
Filsafat merupakan suatu kritik atas pengetahuan. Karena filsafat mengkaji secara kritis asas-asas yang dipakai dalam ilmu pengetahuan.
John Dewey
Seorang pendiri filsafat aliran pragmatisme di Chicago Amerika. Menurutnya filsafat merupakan usaha untuk mengadaptasikan antara hal-hal yang konservatif dengan sesuatu yang kontemporer secara berkesinambungan dalam sebuah kebudayaan. Dalam pandangan Dewey Filsafat terus-menerus menyesuaikan tradisi lama dengan tuntutan baru yang cenderung positivistik. Filsafat seharusnya berkaitan dengan masalah praktis humanis.
Gerald Runkle
Runkle memaknai Filsafat sebagai suatu usaha pencarian akan pemahaman (the search for Understanding). Ruang lingkup pemahaman dalam filsafat adalah seluruh alam dan kehidupan, karena filsafat tidak terbatas oleh sesuatu
Harold H. Titus
Filsafat diartikan sebagai suatu refleksi yang mengkritisi keyakinan dan pengetahuan yang telah ada. Prosesnya adalah dengan perenungan dan pengkritikan[1].
Al Farabi
Merupakan Ilmu pengetahuan tentang alam nyata yang berusaha mencari hakekat yang sebenarnya.
Rene Descartes
Merupakan kumpulan segala ilmu pengetahuan yang menempatkan Tuhan, alam dan manusia sebagai pembahasan. Kajian filsafat bersifat mendalam dan selalu mencari dalil-dalil secara rasional
Hasbullah Bakry
Penyelidkan mendalam mengenai ketuhanan, manusia dan alam semesta sejauh dapat dicapai oleh akal manusia. Serta bagaimana seharusnya manusia setelah menemukan dan memahami dan menemukan pengetahuan tersebut
N. Driyarkara
Merupakan perenungan yang mendalam tentang sebab-sebab eksistensi, perbuatan, kenyataan serta mengapa (alasan) atas segala hal
Notonagoro
Penelaahan atas objek dari hakekatnya, inti yang sebenarnya mutlak dan tidak berubah dengan telaahan yang terdalam
Poedjawijatna
Sebuah ilmu pengetahuan yang mencari sebab sesuatu dengan sedalam-dalamnya dengan bertensikan pada akal belaka[2].
itulah pengertian filsafat menurut tokoh
Konklusi definisi
Dari berbagai definisi diatas filsafat dapat dipahami sebagai upaya rasional untuk mencapai pengetahuan tertinggi dalam diri manusia, dimana dengan pengetahuan tersebut manusia menjadi arif, cinta kebijakan. Pembahasan filsafat ini melahirkan dikotomi akan sesuatu yang ada atas Rasional, Irrasional dan metarasional.
Setelah dipahami secara Analitik-divergen kemudian melahirkan konvergensi bahwasanya Filsafat mempunyai arti yang sangat luas dan Universal. Mudhofir (1996) dalam Surajiyo mengartikan filsafat Sebagai:
- Suatu Sikap
- Suatu Metode
- Kelompok persoalan
- Sekelompok teori atau sistem pemikiran
- Analisis Logis atas sesuatu
- Usaha mendapat pandangan yang menyeluruh dan konsisten dari perpaduan antara barbagai disiplin ilmu dan pengalaman manusia[1].
Filsafat merupakan penyelidikan mendalam dan komprehensif atas realita dengan menggunakan akal sampai pada hakekatnya. Penyelidikan filsafati bersifat reflektif, radikal dan integral. Penyelidikan reflektif merupakan kajian mendalam/intensional sehingga mendapatkan gambaran objeknya berupa keseluruhan nilai dan makna.
Sedangkan radikal berasala dari kata radix (akar) dengan demikian penyelidikan radikal berarti penyelidikan yang sampai menyentuh pada akar permasalahan. Tidak hanya sampai pada pengetahuan periferis akan tetapi sampai pada permasalahan fundamentalnya. Integral berarti menyeluruh, karena filsafat berusaha mengkaji permasalahan secara mendalam, intensional dan komprehensif sebagai satu kesatuan[2].
[1] Ibid., h. 4-6
[2] loc.cit.,
[1] The Liang Gie, Op.Cit, h.31-55
[2] Surajiyo, Filsafat Ilmu dan perkembangannya di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) h. 4
[1] Ahmad Tafsir, Op.Cit, h. 9-12