Pendahuluan
Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Berbasis lokalitas merupakan salah satu isu sosial yang sejauh ini mengudang perhatian hanya kalangan baik pada tatanan teori atau peraktik , wacana seputar pembangunan menemukan momentumnya menemukan pembangunan dunia di hadapan pada kiblat baru.
Sedangkan pda tataran praktik isu pembangunan semakn nyaring di bicarakan seiringdengan pembangunan yang selama ini mengancam stabilitas dan keberlangsungan hidup masyarakat global seperti kemiskinan, hingga pada masalah yang sangat banyak terjadi yaitu pencemaran lingkungan yang sangat marak terjadi.
Di Indonesia sendiri respon dan perhatian pemerintah terhadapagenda pembangunan berkelanjutan tergambar jelas dalam peraturan presiden No 59 tahun 2017 tentang pelaksanaan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Nur Hayati & Alfana, 2016: 131).
Melalui hal tersebut pemerintah berkeinginan besar melakukan menyesuaikan rancangan pembangunan berkelanjutan dengan rencana pembangunan jangka panjang nasional 2005-2025, dan juga pembangunn dengan jangka menengah tahun 2015-2019.
Untuk menggapai sebuah impian dalam pembangunan di Indonesia menerapkan pola pembangunan dengan prinsip bahwa pelaksanaan pembangunan harus memberi mamfaat untuk semua penbangunan tidak boleh terpusat pada suatu daerah atau satu kawasan namun harus menyebar luar dan menyasar di setaip daerah
baik dari tingkat provinsi, kota dan kabupaten, kecamatan sampai struktur paling rendah sekalipun yaitu pedesaan, untuk mewujutkan itu semua butuh adanya transparansi proses singkronisasi pembangunan.
Namun dalam sebuah pembangunan pasti ada kendala. Indonesia dengan sebutan seribu pulaupun masih ada satu kenadala, seperti hal nya memastikan nya setiap pulau tersebut tersentuh oleh sebuah pembangunan dan juga terlepas dari sebuah keterbatasan sumber daya yang sedang di alami.

Tingkat kearifan lokal sangat melonjak peningkatan dan perluasan sehingga sampai ke pariwisata atau juga di sebut ekowisata daerah. Menurutnya kearifan sangat memiliki pengaruh yang sangat strategis untuk menyeimbangi wilayah lain yang mempunyai typologi husus.
Seperti hal nya pulau madura, yang mana sistem tipologinya sangat kental sistem tradisional yang bersimbol agama dan tradisi lokal, dalam batasan nilai stategi bisa di jadikan intrumen pembangunan misal menggagas bangunan ekonomi melalui ekowisata yang berkelanjutan.
Jika madura gagasan nya ekonomi berkelanjutan melalui ekowisata itu merupakan pertimbangan yang sangat pas dan bagus dan juga sangat strategis, hal tersebut berdasarkan pada potensi madura yang memiliki kekayaan kearifan lokal baik sosial budaya dan agama dan ekosistem.
Dalam kaitan ini di madura beberapa kota yang berpotensi sepeti hal nya sumenep yang terkenal dengan adanya kepulauan yang sangat indan dan pantai pantai yang indah seperti halnya pulau giliang pantai sembilan, kesemuanya bisa di maksimalkan untuk pembangunan daerah.
baca juga : Pesona Pariwisata Madura dari 4 Kabupaten
Satu tempat lain jugaa seperti pamekasan yang sangat banyak kekayaan alam yang ada di pamekasan seperti halnya api alami atau yang biasa di sebut api tak kunjung padam dan banyak wisata religi seperti pesantren dan ada keraban sapi, itu semua bisa mendorong sebuah pembangunan darrah keberlanjutan.
Dari yang di jelaskan di atas maka studi ini akan mengkaji tentang pengutan konsep pembangunan di pamekasan khususnya gagasan ekowisata yang berbasis kearifan lokal. untuk mewujudkan itu semua diperlukan analisis mendalam mengenai Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Berbasis lokalitas
Ekowisata dan kearifan local.
konsep Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Berbasis lokalitas setidaknya merujuk pada konsep ekowisata dan kearifan lokal. berikut uraiannya:
Konsep Ekowisata
konsep ekowisata bukan hal baru konsep ini sudah lama di perkenalkan Semenjak adanya berbagai masalah di priwisata, seperti kerusakan lingkungan di mana prilaku orang yang jarang untuk berhibur yang mengancam ekosistem eksistensi alam.
gagasan ekowisata muncul untuk merespon banyak pihak yang melakukan kesalahan baik di sengaja atau tidak sengaja, istilah ekowisata menggambarkan pariwisata muncul pada dekade 80 dan kemudian konsp ekowita berkembang seiring dengan berkembangnya industri wisata. Menurut fannel ekowisata merupakan sebuah konsep yang kekinian sebagai bentuk kelanjutan wisata, prinsip ekowisata adalah mempelajari alam.
Ciri konsep wisata dapat di lihat Dari lima Variabel yang boleh di Sebut konsep inti . Dan kelima vareabel yang di maksud adalah bersifat alami, bahwa pariwisatabdi bangun melalui sumber alami Dan aspek Natural. Bersifat berkelanjutan secara Ekologis ekowisata menitikberatkan pada ekologi alam.
Lingkungan bersifat edukatif memberikan pembelajaran tentang betapa pentingnya menjaga lingkungan sosial sehingga bergerak dalam induatri wisata. Menguntungkah masyarakat lokal yaitu beriorientasikan pada penguwatan daya tawar ekonomi dan secara umum meningkatkan Taraf kesejahteraan hidup masyarakat
Kearifan lokal
Secara etimologi nilai kearifan lokal merupakan wujud kesatuan dari tiga kata dasar nilai, kearifan, dan lokal, menurut kamus besar indonesia nilai nilai edentik dengan hal hal yang penting, berguna dan bermamfaat bagi masyarakat semua.
Sedangkan kata kearifan berasal dari kata dasar arif yang artinya bijak sana cerdik pandai dan berilmu, dan lokal menurut kamus besar bahasa indonesia artinya yaitu setempat Atau di satu tempat saja tidak merata. Maka dapat di simpulkan kearifan lokal berarti
seperangkat Nilai kreativitas atau pandangan yang memuat unsur kebijaksanaan, atau keberadaban yang berlangsung pada suatu tempat atau tempat tertentu.
Adapun menurut pengertian temonologi nilai kearifan lokal mengacu Pada berbagai kekayaan alam sosial yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah masyarakat yang di kenal. Pengertian ini mengisaratkan bahwa nilai kearifan lokal hakikatnya muncul dari kemampuan dan kreativitas masyrakat Yang kemudian terinterlalisasi Dalam sebuah kesadaran pikiran sikap dan prilaku keseharian mereka
Konsep kohesi sosial masyarakat pada fungsi dan peran kearifan lokal sebagai pembentuk integritas dan kesatuan masyarakat.
Deskripsi nilai kearifan lokal kabupaten Pamekasan.
Jika merujuk pada penjelasan hubb de jong, madura sebagai daerah kepulauan dapat di bagi menjadi dua kutub besar yaitu madura barat dan madura timur, yang di sebut madura barat yaitu daerah yang ada di sisi Paling barat seperti hal nya sampang dan bangkalan dan sedangkan kota yang dua yang bagian Timur masuk golongan madura kutub timur seperti halnya pamekasan dan sumenep.
Namun demian meski Secara geografi menurut hubb de Jong membagi madura dalam dua kutub namun tidak lantas mencerminkan adanya perbedaan Menyangkut bangunan sistem dan struktur sosial mereka Antara berapa hal madura barat dan madura timur ada perbedaan namun hal itu tidak menyangkut keseluruhan secara umum barat dan timur memiliki konstruksi sosial Yang Hampir Sama bahkan sangan berdekatan.
Kabupaten Pamekasan Sebagai salah satu daerah yang berada Di Bagian timur madura, pamekasan memiliki bangunan sistem kebudayaan yang Sangat hampir sama dengan di setiap daerah yang ada di Mdura, kesamaan nya Ada pada dua aspek yaitu bangunan Struktur sosial Yang sama mengundang nilai hierarki, beserta kultrul masyarakat Yang Kental dengan keregiliusannya (Hannan, 2019: 24).
Namun di balik kesamaan tersebut pamekasan memiliki beberapa nilai lokalians yang tercatat sebagai kebudayaan murni dari pamekasan sendiri. Penjelasan lengkapnya Akan di jelaskan pada berikut ini:
Sosial Budaya
Dalam kajian sosial budaya atau Kemasyarakatan budaya kita pahami Sebagai kebiasaan yang di lakukan berulang ulang dan di dalamnya terdapat nilai dan norma yang bersifat kolektif. Makna kebiasaan dalam budaya dapat beruapa sikap , prilaku , ataupun pikiran Dan budaya juga turut di maknai sebagai hasil Karya, rasa, dan cipta yang di Dasarkan pada Karsa(Sanderson, 2011: 56). Pengertian budaya dalam redaksi ini merupakan pengertian umum yang sering sekali di kutip dalam ilmu sosial.
Pada level budaya dalam pengertian fisiknya, wujud konektif kearifan Lokal pamekasan Dapat di Temukan dalam beberapa kesenian. Diantaranya seperi kerapan sapi, tari pecut, sapeh sono, batik sapu jagat, dan dari semua wujud kebudayaan tersebut kerapa sapilah yang sangat populer di kalangan masyarakar umum.
Selain berupa kesenian kearifan lokal pamekasan bisa di temukan pada produk makanan daearah dan makanan yang sangat populer di pamekasan yaitu sate lala'(Sate lalat). Kalau di dengar namanya sangatlah aneh karena yang tergambar di benak kita yaitu merupakan hewan lalat. Namun sebenarnya tidak demikian sate lalalat itu hanya sebuah sebutan buat sate daging pada umumnya.
Sosial agama
Sebagai bagian dari daerah madura pamekasan pun memiliki kerakter Keagamaan yang nyaris hampir ada kesamaan dengan daerah pada umum nya seperti bangkalan Sampang dan sumenep, indentitas keagamaan begitu terasa banyak di Jumpai Dalam kehidupan sosial masyarakat.
Keagamaan dalam sistem Sosial tidaj luput dari konteks histori pamekasan sebdiri karena dalam sejarahnya pamekasan pernah mengalami kondisi tertentu dimana terdapt beberapa agama yang di ketahui pernah menjadi agama mayoritas masyarakat Pamekasan sendiri(Hannan, 2017: 78).
Bahkan sejarah mencatat bahwa pada waktu masa kerajaan majapahit dulu agama hindu menjadi satu satu agama mayoritas di pmekasan, itu Terbukti setelah di temukan sebuah tempat beribdah agama hindu yaitu vihara yang terletak di desa polagan , kecamatan larangan.
Pada masa sekarang Dalam pembangunan pamekasan mengusung jargon Gerakan pembangunan masyarakat islami, atau populer dengan sebutan gerbang salam Pamekasan.
Secara sosiologis jargon pamekasan di tunjuk untuk menselaraskan road map dengan realitas tipologi Daearah yang selama ini identik dengan adanya Banyak pesantren Di pamekasan mulai dari kota desa dan perkampungan.
Pesantren di pamekasan sangat banyak namun kebanyakan di desa atau perkampungan yang banyak para para habaibnya, Maka dengan demikian banyaknya pesantren dibuat strategi pembangunan daerah dan dengan adanya pesanteen juga sebagai pariwisata seperti halnya kampung wisata religi seperti yang ada di kota lain seperti kampunh ingris dan kampung bahasa arab,
Alam lingkungan
Jika aspek budaya dan agama lebih pada Nilai lokalitas berupa dimensi sosial, maka aspek alam lingkungan berisikan nilai lokalitas yang bertumpu pada kekayaan alam daerah. Sama seperti daerah pada umumnya pamekasan Memiliki sprot khusus yang menarik di kunjungin.
Seperti halnya pantai Jumiang dan Bukit brukoh Dan pantai talang siring dan api tak kunjung Padam. Kesemuanya adalah tempat tempat istimewa yang menyimpan Eksotisme alam. Api tak kunjung padam misal Di Kenal dengan sukber api abadi Yang Di dukung dengan sport pantai dan sangat menarik diKunjungi , di situ wisatawan tidak hanya Menik Mati Fenomina alam api abadi namun juga dengan keindahan pantai dan dapat menikmati makanan Seperti halnya ikan Bakar dan jagung bakar(Dzulkarnain, 2016: 19).
Dan selain Sport api pamekasan terdapat juga perpantaian seperti talang siring Dan pantai jumiang menyimpan Eksotisme tersendiri tidak Hanya hamparan air lautnya namun Yang bening membiru Namun pada tumpukan bebatuan nya juga yang indah.
Di luar itu semua kearifan lokal lingkungan pamekasan Belakang juga muncul dari Objek wisata baru seperti bukit brukoh dan bukit ratu dan terakhir adalah taman wisata keluarga Dan pendidikan selamat pagi madura (SPM). Bukut ratu merupakan daya tarik baru di kabupatan pamekasan sprot nya ada dibatas ketinggian yang sangat indah untuk di kunjungi apalagi pada sore hari, dan bisa melihat keindahan kabupaten pamekasan Dari atas puncak ratu.
baca juga : Lokalitas dalam mimpi desa pariwisata berkelanjutan 2022
Problem pembangunan Ekowisata di pamekasan; Antara tantangan dan Peluang.
Jika menengok bunyi konstitusi kita emplementasi pembangunan prawisata pamekasan melalui konsep ekowisata berbasis Nilai kearifan lokal sesungguhnya Cukup terbuka, peraturan presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang pelaksanaan tujuan pembangunan berkelanjutan menyebutkan, bahwa setiap daearah secara aktif dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan daerah masing Masing.
Pada aspek struktural problem penguatan pariwisata berkelanjutan di pamekasan di tandai oleh belum jelasnya arah pengembang pariwisata pamekasan. Ketidak adaan tata kelola pengembangan pariwisata yang terarah dan terukur pada gilirannya membuat potensi pariwisata tidak tertangani secara maksimal, efek buruk dari ini bukan saja berdampak pada tidak terwatnya lokasi wisata namun juga pada peluang penguatan ekonomi masyarakat yang ada Di sekitarnya, karena pariwisata yang Seharusnya Berfungsi sebagai roda perekonomian tidak lagi berjalan secara normal.
Hal paling fundamental dalam proses pengembangan Dan pembangunan dan pembangunan pariwisata pamekasan berkelanjutan melalui konsep ekowisata berkearifan lokal, sesungguhnya Ada pada sejauh mana pembangunan di Pamekasan dapat menjalin sinergitas dengan kontruksi nilai lokal setempat.
Setiap pembangunan di pameKasan harus dapat membangun keselarasan dengan realitas kebudayaan setempat karenanya, sinegritas antara organisasi Sosial dan masyarakat dan tokoh ualama dan pemerintah setempat Perlu di bangun dan di bentuk sekuat mungkin.
Belajar dari daearh daearah lain nya seperti bali dan solo, yogyakarta , dan semacamnya kesuksesan mereka membangun industri pariwisata melalu PenDekatan lokal tidak lepas dari keberhasilan melakukan branding terhadap segala produk dan nilai lokalitas masing Masing.
Untuk itu Aspek political will dan sinergitas para pemangku kepentingan Pun membutuhkan stategi pemasaran yang baik dan efektif , strayegi pemasaran daerah di sini dapt di jalnkan dengan memamfaatkan kekuatan teknologi, media massa , media sosial. Daearah akan berhasil jika dinimbangin oleh Sebuah aset,
KESIMPULAN: Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Berbasis lokalitas
Berdasarkan keseluruhan Di atas terdapat poin poin pokok yang menjadi simpulan:
Pertama dalam pokok pembangunan ekonomi daerah pamekasan yang mengusung visi dan misi berkelanjutan gagasan Pembangunan prawisata berkelanjutan penting di munculkan penguatan ekonomi daearah melalui pendekatan pariwisata berkelanjutan masyarakat pada satu model pariwisata.
Kedua Untuk Bisa Sampai kesana gagasan tentang strategi pembangunan prawisata daerah pamekasan berkelanjutan melalui
konsep ekowisata berbasis kearifan lokal pada tatanan prakteknya harus di landaskan Pada pembangunan 3 aspek yaitu talenta, teknologi dan toleransi. TerSedia sumber daya manusia lokal yang Tidak Saja terdidik Namun sangat teRlatih dan tehnologi yang makin diGital dan sangat Canggih. TOleransi Mentalis daLam sikap menghargai kearifab lokal dan dalam bentuk perbedaan
Dharmawan, Arya Hadi. “Kearifan Lokal dalam Sistem Sosial Ekonomi Masyarakat Penenun Bugis-Wajo” , Jurnal Mudra, Vol. 28, No. 2 (t.b 2013).
Dzulkarnain, Iskandlar. 2016.Sosiologi Pariwisata Madura. Yogyakarta: Pusat Kajian Sosiologi UTM bekerja sama dengan Penerbit Elmater.
Hannan, Abd. 2017. Fanatisme dan Stigma Sosial Pesantren Miftahul Ulum terhadap Kelompok Muhammadiyah di Pamekasan. Surabaya: Tesis FISIP UniversitasAirlangga.
. 2017. Perempuan Madura, Gender, dan Pembangunan. Yogyakarta: Pusat Kajian Sosiologi UTM bekerja sama dengan Penerbit Elmatera.
. “Hegemoni Religio-Kekuasaan dan Transformasi Sosial; Mobilisasi Jaringan Kekuasaan dan Keagamaan Kyai dalam Dinamika Sosio-Kultural Masyarakat Madura,” dalam Jurnal Sosial Budaya, Vol. 16, No. 1 ( Juni 2019).
J. Goodman, Douglass, Ritser, George. 2010. Teori Sosiologi Dari Klasik Sampai Postmodern, Cet. IV, Bantul: Kreasiwacana.
Nur Hayati, Beti dan Muhammad Arif Fahrudin Alfana. “Kebijakan Kependudukan di Kabupaten Sleman Pasca Berakhirnya MDGS.”Natapraja; Jurnal Kajian Ilmu Administrasi Negara, Vol.4, No. 2 (t.b. 2016).
MADURA: TOWARDS INFINITY AND BEYOND
Penuluh, Sekar dan Meila Riskia Fitri. 2016. Perkembangan Pelaksanaan Sustainable Development Goals (Sdgs) di Indonesia September 2015-September 2016. Paper dalamInternational NGO Forum On Indonesian Development.
Sanderson, Stephen K. 2011. Makro Sosiologi; sebuah pendekatan terhadap Realitas Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo.
Sulistyo, Budi, dkk. 2010. MDGs Sebentar Lagi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.