Secara etimologi ilmu pengetahuan berasal dari bahasa inggris Science dan bahasa latin Scientia yang berarti mempelajari, mengetahui, dan terus mengalami perluasan makna
Pengertian
Manusia terlahir dengan kodrat sebagai mahluk sosial rasional. Kodrat ini membawanya pada usaha-usaha untuk memahami lingkungan sekitarnya sesuai dengan perkembangan masayarakat. Comte membagi taraf pengetahuan manusia menjadi tiga, yaitu tahap teologi, metafisika dan tahap positivis. Usaha ini didasarkan pada dua sarana yaitu dengan pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) dan penjelasan mistik (mystical explanations) (Surajiyo, 2008: 55).
Secara etimologi ilmu pengetahuan berasal dari bahasa inggris Science dan bahasa latin Scientia yang berarti mempelajari, mengetahui, dan terus mengalami perluasan makna. Pemahaman terhadap ilmu menunjuk pada tiga esensi utama, yaitu; pengetahuan, aktivitas dan metode. Secara terperinci ilmu dapat dipahami sebagai;
- Proses yang kemudian menghasilkan Aktivitas penelitian yang bertujuan mempelajari dan menemukan sesuatu yang perlu diketahui
- Prosedur yang disebut kaidah ilmiah dimana batasan ilmu ditentukan secara tegas untuk memisahkan antara ilmu pengetahuan yang ilmiah dan pengetahuan mistik
- Produk, merupakan hasil dari proses yang melalui prosedur. Produk ini kemudian disebut pengetahuan yang sistematis (The Liang Gie, 2007: 91-92).
Menurut Bahm, ilmu pengetahuan merupakan organisasi dari enam unsur yang saling melengkapi. Yaitu;
- Masalah (problem) permasalahan yang memenuhi persyaratan sebagai problem ilmiah adalah;commicability permasalahan adalah sesuatu yang dikomunikasikan, the Scientific attitude dan the Scientific method artinya permasalahan harus dapat diuji coba. Khusus scientific attitude harus memenuhi karakteristik curiosity, speculativness, willingness to be objective, willingness to suspend judgement dan tentativty.
- Sikap (Attitude), mencakup Curiosity berarti scientist harus mempunyai keingintahuan akan sesuatu yang mencakup bagaimana, untuk apa dll. Speculativeness scientist mempunyai keinginan untuk memecahkan masalah. Willingness to be objective scientist bersifat objektif bebas nilai/tidak memihak. Willingness to suspend judgement scientist harus sabar dan bijaksana
- Metode (Method), hal ini sangat penting karena esensi ilmu pengetahuan terletak pada metodenya.
- Aktivitas (Activity), Sience merupakan aktivitas para scientis yang kemudian disebut scientific research yang terdiri dari dua aspek, yaitu individual yang berarti aktivitas yang dilakukan oleh seseorang. Aspek sosial yang berarti menyuarakan suara sekelompok orang elit (ilmuwan)
- ÂKesimpulan (Conclusions), merupakan pemahaman yang diperoleh melalui kaidah ilmiah sebagai hasil dari pemecahan masalah
- Beberapa pengaruh (Effect) pengetahuan yang dihasilkan melalui kaidah ilmiah pada gilirannya menimbulkan pengaruh pada lingkungan ekologis dan lingkungan sosial (Surajiyo, 2008: 57-58).
Sebagaimana dijelaskan diatas, manusia mempunyai dua sarana untuk menciptakan pengetahuan yaitu penjelasan ilmiah dan penjelasan mistik. Tafsir (2003) menjelaskan bahwasanya pengetahuan manusia itu terbagi menjadi tiga dengan paradigma yang berbeda.
Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan
Gambaran singkat diatas sebenarnya dapat dijadikan acuan untuk memberikan klasifikasi ciri-ciri ilmu pengetahuan. Akan tetapi memerlukan penjelasan yang mendalam. Setiap ilmu pengetahuan setidaknya harus mampu memecahkan persoalan untuk memperoleh jawaban. Kebenaran yang di temukan dalam pengetahuan harus dapat diuji kebenarannya oleh siapapun.
Secara komprehensif The Liang Gie dalam Surajiyo memberi batasan ciri-ciri ilmu pengetahuan sebagai berikut:
- Empiris, yaitu diperoleh melalui pengamatan dan dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris pula.
- Sistematis, diperoleh melalui kaidah-kaidah ilmiah yang telah ditentukan untuk menghasilkan pengetahuan
- Objektif, Ilmu pengetahuan harus bebas nilai, terlepas dari anggapan dan prasangka perseorangan dan tidak memihak.
- Analitis, berusaha menjelaskan objeknya secara analitis artinya terperinci hingga menghasilkan pemahaman tentang sifat-sifat, peranan dan hubungan dari masing-masing bagian tersebut
- Verifikatif, ilmu pengetahuan dapat diuji kebenarannya oleh siapapun serta dapat menjelaskan berbagai permasalahan
Van Melsen (1985) mengemukakan ciri-ciri ilmu penegtahuan, yaitu;
- Ilmu Pengetahuan harus mencapai keseluruhan yang koheren melalui metode dan susunan logis
- Tanpa pamrih, berkaitan dengan tanggung jawab ilmuwan
- Universalitas Ilmu pengetahuan
- Objektif
- Verifikatif, dapat diteliti dan dibuktikan oleh setiap ilmuwan yang bersangkutan serta dapat dikomunikasikan.
- Progresivitas
- Kritis, tidak selalu definitif pada satu pengertian, akan tetapi membuka peluang untuk munculnya data-data baru dan kesimpulan baru
- Merupakan representasi pertautan antara teori dengan praktis.
Ciri-ciri mendasar dari ilmu pengetahuan adalah sifatnya yang dinamis, yang selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhannya (Surajiyo, 2008:59-60).
baca juga: New: Landasan Epistemologis dalam filsafat Ilmu
Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
Perkembangan ilmu pengetahuan sejak abad XVII hingga saat ini telah melahirkan berbagai cabang ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan ini menimbulkan permasalahan dalam perincian, penggolongan, pembedaan, kedudukan serta interdependensinya dengan cabang ilmu lainnya.
Klasifikasi ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai usaha untuk mengatur dan menegaskan secara sistematis tentang definisi suatu cabang ilmu, batas-batasnya serta hubungannya dengan cabang ilmu lainnya. Kategori penggolongan Ilmu pengetahuan paling sederhana di tunjukkan denga dua kategori yang saling bertentangan. Berikut perinciannya:

August Comte mengklasifikasikan ilmu berdasarkan pada urutan tata jenjang, asas ketergantungan dan ukuran kesederhanaan. Menurutnya ilmu-ilmu Fundamental adalah:
- Mathematic
- Astronomy
- Psysich
- Chemistry
- Biologi
- Sociology
Struktur penggolongan ilmu diatas dapat dijelaskan bahwa, ilmu yang paling atas adalah ilmu yang paling tua, logikanya paling sederhana dan paling luas penerapannya. Kemudian yang dibawahnya dan seterusnya (The Liang Gie, 2007:152-158).
Prinsip-prinsip Metodologi
Pengertian Metode dan Metodologi
Merupakan langkah-langkah sistematis yang harus ditempuh untuk menghasilkan sebuah pengetahuan yang ilmiah (Surajiyo, 2008: 90). Langkah-langkah ini merupakan kaidah yang harus dilalui untuk menghasilkan pengetahuan ilmiah, baik pengetahuan eksak, sosial, humaniora dan disiplin ilmu apapun dengan berlandaskan pada objek material maupun obyek formalnya.
baca juga: Metode Dalam Filsafat: Kritis, Intuitif – dialektis , Neo Positivis
Secara etimologi, Metode berasal dari bahasa latin methodus, Yunani Methodos yang berarti Meta (Sudah) dan hodos (jalan/cara). Metode menggambarkan totalitas cara/jalan menuju suatu pengetahuan yang di hasilkan sesuai dengan rencana, bidang-bidangnya, yang kesemuanya dibedakan berdasarkan obyeknya. Penerapan metode untuk suatu kajian ilmiah bergantung pada obyek ilmu itu sendiri (Lorenz Bagus, 2005: 635-636).
Perlu dibedakan antara metode dengan metodologi, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Metode merupakan petunjuk, cara taktis untuk menghasilkan sesuatu yang bersifat praktis. Sedangkan metodologi adalah Science of method yaitu ilmu yang mempelajari cara, jalan penelitian. Dengan demikian, metodologi merupakan ilmu yang membicarakan konsep teoritis sebuah metode ilmiah. Secara komparatif, metodologi bersifat umum sedangkan metode bersifat khusus (Suhartono dalam Surajiyo).
Suriasumantri dalam Surajiyo (2008) menjelaskan perbedaan metode dengan Metodologi, metode merupakan suatu prosedur untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi adalah suatu kajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut (Surajiyo, 2008: 91).
Beberapa pengertian metodologi dapat diringkas sebagai berikut;
- Studi mengenai metode yang digunakan dalam disiplin yang secara sistematis digunakan untuk menata ilmu
- Merupakan cabang Logika yang merumuskan dan menganalisis prinsip-prinsip yang diperlukan dalam mengambil kesimpulan logis yang membentuk konsep
- Prosedur-prosedur yang digunakan dalam suatu disiplin yang memungkinkan diperolehnya suatu pengetahuan
- Kumpulan cara penelitian yang digunakan dalam ilmu tertentu (Lorenz Bagus, 2005: 648-649).
Unsur-unsur Metodologi
Unsur-unsur metdologi berarti substansi dalam metologi itu sendiri. Menurut Bakker dan Zubair dalam Surajiyo, unsur-unsur metodologi adalah;
- Interpretasi, merupakan penafsiran, pemaknaan terhadap temuan realitas oleh peneliti dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip obyektivitas. Dengan penafsiran ini diharapkan akan menghasilkan pengetahuan yang autentik dengan berdasarkan pada kaidah-kaidah obyektif.
- Koherensi Inhern, Merupakan pemahaman terhadap struktur internal secara konsisten guna mendapatkan hakekat pengetahuan. Walaupun mungkin terdapat semacam oposisi diantara struktur internal tersebut, akan tetapi pada prinsipnya antar unsur (dalam struktur internal) tidak boleh bertentangan. Dengan demikian akan diperoleh hakekat pemahaman secara keseluruhan diantara unsur-unsur tersebut.
- Holistik, tinjauan secara menyeluruh untuk mencapai kebenaran secara utuh dengan melihat komunikasi, korelasi antara obyek dengan lingkungan luarnya yang terikat oleh ruang dan waktu.
- Kesinambungan historis, dalam usaha memperoleh kebenaran/pengetahuan tidak dapat mengabaikan faktor historis. Rangkaian realitas saat ini merupakan mata rantai dari peristiwa masa lalu. Peritiwa saat ini masih berlandaskan pada peristiwa masa lalu sedangkan peristiwa masa lalu masih mendapatkan makna dari peristiwa saat ini.
- Idealisasi, Proses untuk menjadikan pengetahuan yang dihasilkan menjadi ideal atau sempurna
- Komparasi, usaha membandingkan sifat hakiki dalam obyek penelitian sehingga menjadi lebih jelas dan tajam (Surajiyo, 2008: 94)