Mekanisme Survival – Teori ini dipaparkan oleh salah satu ilmuwan politik dan Antropolog Amerika James S. Scott. Menurut Scott, dalam situasi sulit, keluarga petani bisa Mempertahankan hidupnya melewati tahun-tahun yang mana hasil dari panen dan sumber-sumber yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka dapat mengikat sabuk mereka lebih kencang lagi dengan makan hanya sekali dalam sehari dan beralih ke makanana yang lebih rendah. (Scott, 1981)
Teori Mekanisme Survival yang dikemukakan oleh James Scott adalah teori yang berfokus pada bagaimana orang-orang yang tidak memiliki kekuasaan atau “subaltern” dapat bertahan dan melawan tekanan dari kekuasaan yang ada.
James Scott merupakan seorang ahli antropologi politik yang mempelajari kehidupan orang-orang di daerah pedesaan Asia Tenggara. Teori Mekanisme Survival yang ia kemukakan dalam bukunya “Weapons of the Weak: Everyday Forms of Peasant Resistance” (1985) menjelaskan bagaimana orang-orang yang tidak memiliki kekuasaan tetap dapat bertahan dan melawan pemerintah atau kekuasaan yang ada dengan cara yang tidak terlihat atau tersembunyi.
Menurut Scott, mekanisme survival yang digunakan oleh orang-orang subaltern ini dapat terlihat dalam tindakan-tindakan yang sederhana seperti tidak menunjukkan rasa hormat atau menghindari tugas-tugas yang dianggap merugikan, menghindari pajak atau peraturan yang tidak adil, dan menyebarluaskan kabar burung atau rumor untuk merusak citra pemerintah atau kekuasaan yang ada.
Scott menyatakan bahwa mekanisme survival ini dapat membantu orang-orang subaltern bertahan dalam kondisi yang tidak adil atau merugikan, meskipun pada akhirnya mereka tidak dapat mengubah struktur kekuasaan yang ada. Namun, Scott menegaskan bahwa tindakan-tindakan sederhana ini dapat membantu orang-orang subaltern dalam mempertahankan martabat dan integritas mereka, serta mencegah mereka menjadi korban dari kekuasaan yang ada.
Secara keseluruhan, Teori Mekanisme Survival yang dikemukakan oleh James Scott menekankan pentingnya tindakan-tindakan sederhana dan tersembunyi dalam melawan kekuasaan yang ada. Teori ini menunjukkan bahwa meskipun orang-orang subaltern tidak memiliki kekuasaan atau akses terhadap sumber daya, mereka tetap dapat bertahan dan melawan dengan cara yang tidak terlihat dan tersembunyi.
Menurut James Scott, kelompok subaltern memiliki kemampuan untuk bertahan dan melawan kekuasaan dengan berbagai cara yang seringkali tidak terlihat atau diabaikan oleh kekuasaan. Dalam bukunya yang berjudul “Weapons of the Weak: Everyday Forms of Peasant Resistance”, Scott menjelaskan beberapa mekanisme survival yang sering digunakan oleh kelompok subaltern dalam bertahan:
- Kecerdasan lokal (local knowledge): Kelompok subaltern sering memiliki pengetahuan lokal yang mendalam tentang kondisi dan lingkungan mereka. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk bertahan dalam kondisi yang sulit atau merugikan, seperti cara bertanam yang efektif di tanah yang kurang subur, atau cara menghindari pajak yang tidak adil.
- Ketidaktergantungan (non-dependency): Kelompok subaltern juga dapat bertahan dengan cara menghindari ketergantungan pada pemerintah atau kekuasaan yang ada. Mereka dapat mengembangkan jaringan sosial dan ekonomi yang mandiri, seperti kelompok tani atau koperasi, untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
- Strategi pembohongan (falsehood): Kelompok subaltern juga dapat menggunakan strategi pembohongan, seperti menyebarluaskan kabar burung atau rumor, untuk merusak citra pemerintah atau kekuasaan yang ada. Strategi ini dapat membantu kelompok subaltern mengalihkan perhatian kekuasaan dari tindakan mereka sendiri dan membuat kekuasaan menjadi tidak efektif.
- Penolakan (withdrawal): Kelompok subaltern juga dapat melakukan penolakan atau penarikan diri dari interaksi sosial yang merugikan, seperti menolak untuk membayar pajak atau menghindari pemaksaan tindakan tertentu dari kekuasaan yang ada.
Dengan menggunakan mekanisme-mekanisme ini, kelompok subaltern dapat tetap bertahan dan bahkan melawan kekuasaan yang ada meskipun dalam posisi yang lebih lemah. Mekanisme survival ini juga dapat membantu kelompok subaltern untuk mempertahankan identitas dan budaya mereka sendiri.
Substansi Teori Mekanisme Survival James S Scott
Teori mekanisme survival atau Strategi bertahan hidup yang dikemukakan oleh James S. Scott memandang bahwa ada tiga cara yang dilakukan masyarakat miskin untuk bertahan hidup, yaitu:
- Mengurangi pengeluaran untuk pangan dengan cara makan hanya sekali sehari dan beralih ke makanan yang mutunya lebih rendah atau mengencangkan ikat pinggang.
Upaya atau strategi yang dilakukan adalah dengan melakukan penghematan baik dalam hal pangan, sandang, kesehatan dan juga kebutuhan sosial.

Dalam segi pangan mereka beralih ke makanan yang bermutu lebih rendah dan dengan harga yang lebih terjangkau. Istri petani ini sengaja memasak makanan sendiri daripada harus membeli makanan diluar, hal ini dilatar belakangi dengan memasak makanan sendiri maka pengeluaran mereka akan semakin sedikit, mereka dapat memilih sendiri menu masakan yang dapat mereka pilih seperti sayur sop, ikan asin, sayur asem maupun sayur lodeh dan dengan lauk yang murah seperti lauk tahu dan tempe.
Dengan menu sederhana petani dan keluarganya dapat menekan pengeluaran dan menghemat penghasilan. Sadar bahwa tujuan hidupnya adalah memperbaiki perekonomian, dengan cara mengesampingkan porsi dan kualitas makanan yang dimakan setiap hari.
- Strategi bertahan hidup yang kedua yaitu menggunakan alternatif subsisten. Yang dimaksud subsisten adalah dengan memanfaatkan swadaya, swadaya yang mencakup (meliputi) usaha kecil-kecilan, bekerja sebagai tukang atau buruh, dan melakukan migrasi untuk mencari pekerjaan.
Cara ini dapat dilakukan dengan melibatkan seluruh sumber daya atau oleh semua anggota keluarga yang berada di dalam rumah tangga, terutama istri yang juga mencari nafkah tambahan bagi suami. dalam mencukupi kebutuhan rumah tangga.
Alternatif subsisten juga dilakukan oleh petani selaku kepala rumah tangga yaitu bekerja sampingan seperti menjadi buruh ataupun mencari pekerjaan lain.
- Strategi bertahan hidup yang terakhir yang sesui dengan teori James S Scott adalah meminta bantuan dengan cara memanfaatkan jaringan sosial. Jaringan sosial tersebut antara lain sanak saudara, kawan-kawan sedesa, atau memanfaatkan hubungan dengan perlindungnya (patron), yang mana patron merupakan suatu bentuk “asuransi” dikalangan petani.
Patron didefinisikan sebagai orang yang berada dalam posisi membantu klien-kliennya. Patron yang dimaksud para pemilik modal yang dapat membantu memberi pinjaman dan mengeluarkan petani dari terhimpitnya masalah keuangan yang sedang dialami oleh petani. (Scott, 1981)
Pemanfaatan jaringan ini sebenarnya sudah dilakukan oleh masyarakat desa pada umumnya, modal sosial yang mereka miliki adalah rekan sesama petani, relasi dalam keluarga maupun relasi dalam bertetangga yang dapat dipandang sebagai perekat dalam dunia sosial.
Jaringan sosial terbentuk karena latar belakang yang sama seperti persamaan pekerjaan, persamaan pendidikan, kondisi sosial antara keluarga petani satu dengan yang lainnya. Dan berbagai persamaan-persamaan yang ada diantara masyarakat.
Dari berbagai persamaan itulah terbentuk strategi bertahan hidup jaringan sosial secara horizontal. Jaringan sosial horizontal merupakan jaringan sosial yang memiliki status yang sama, individu individu yang terlibat didalamnya memiliki kondisi dan status sosial ekonomi yang sama.
Hal tersebut dimanfaatkan oleh petani dan keluargannya untuk mendapatkan pinjaman uang ketika ada hal yang mendesak, mendapatkan pekerjaan atau bahkan sekedar bertukar informasi atas segala kesulitan hidup yang mereka alami.
Jaringan sosial horizontal ini sangat membantu petani dan keluarganya disaat ada situasi yang bisa dibilang mendesak seperti ketika anak tiba-tiba sakit, biaya sekolah dan lain sebagainya.
Pemanfaatkan jaringan sosial selanjutnya yaitu Jaringan sosial secara vertikal. Jaringan sosial secara vertikal yaitu individu atau kelompok yang secara sosial mempunyai daya atau modal secara ekonomi. Dalam hal ini adalah para pemiliki modal seperti tuan tanah maupun lembaga sosial ditempat bekerja.
Dalam jaringan sosial ini yang menjadi pihak klien adalah petani dan unit keluarganya, sedangkan inidividu yang meminjamkan uang yang menjadi patron. Dalam menjalin hubungan dengan para jaringan sosialnya.
Petani dan keluarganya juga menerapakan unsur-unsur penting yang ada di dalam modal sosial seperti kepercayaan (trust), jejaring (networking) dan norma yang dilakukan oleh petani dan unit keluarga, didalam menjalin hubungan hal ini dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah tetap menjalin silaturahmi, menjaga kejujuran, dan norma yang terbentuk dikarenakan modal sosial yang terbentuk diantara hubungan tersebut.
Kesimpulan
Teori mekanisme survival atau yang populer dengan strategi bertahan hidup ini merupakan hasil penelitian panjang James S Scott terhadap petani miskin. Bagaimana mereka bertahan hidup dimasa sulit. Dalam kondisi normal petani miskin juga kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Mereka harus bekerja keras dan menerapkan strategi agar dapat bertahan meskipun dalam situasi serba kekurangan.
Teori ini memiliki 3 proposisi utama yang menjelaskan strategi petani dalam bertahan hidup. 3 proposisis tersebut adalah, Mengencangkan ikat pinggang (Berhemat), alternatif Subsisten dan memanfaatkan jaringan sosial untuk meminta bantuan. Demikian uraian tentang teori mekanisme survival James S Scott. Semoga bermanfaat, Salam Literasi
Referensi:
- Scott, James C. (1985). Weapons of the Weak: Everyday Forms of Peasant Resistance. Yale University Press.
- Scott, James C. (1990). Domination and the Arts of Resistance: Hidden Transcripts. Yale University Press.
- Scott, James C. (1998). Seeing Like a State: How Certain Schemes to Improve the Human Condition Have Failed. Yale University Press.
- Peluso, Nancy Lee (1992). Rich Forests, Poor People: Resource Control and Resistance in Java. University of California Press.
- Yapa, L. (1993). Resistance and the Social History of Development: Retrospective Thoughts on James Scott’s “Weapons of the Weakâ€. Journal of Peasant Studies, 20(2), 1-35.
- Ruivenkamp, G., & Raboanarielina, C. M. (2017). Subaltern livelihood strategies in Madagascar: A case study from the eastern rainforests. Geoforum, 85, 29-39.
- Jazeel, T., & McFarlane, C. (2009). Entangled urbanism: slum, gated community and shopping mall in Chennai, India. Environment and Planning D: Society and Space, 27(2), 238-261.