Fenomena sesat Pikir
Sebelumnya telah kita bahas mengenai teori kebenaran dan penemuan kebenaran beserta sifat dan klasifikasinya dengan dasar logika dan bahasa. Sekarang akan kita bahas mengenai kesalahan berpikir atau sesat pikir. bagaimana penjelasannya, lanjutkan membaca
Sesat/kesesatan secara etimologi berarti menipu, memperdaya. Berasal dari kata False/falsity (inggris) atau Falsus, Fallere (Latin). Pengertian sesat ini mempunyai pengertian:
- Suatu gagasan tidak ada dalam kenyataan
- Tidak sesuai denga realitas/kebenaran
- Tidak mempunyai evidensi (fakta) pendukung yang baik
- Salah
- Lawan dari kebenaran (Lorenz Bagus, 2005: 997)
Kesesatan merupakan kesalahan dalam gagasan atau pernyataan. Kesesatan ini bersifat variatif, misalnya kesesatan logis, kesesatan ontologis kesesatan etis , kesesatan berpikir dll. Kesesatan berpikir dalam pengertian kesesatan dalam proses penalaran atau argumentasi.
Kesalahan ini bisa berupa tidak logis, salah arah dan menyesatkan. Kesalahan pada umumnya disebabkan pemaksaan pemakaian prinsip-prinsip logika tanpa memperhatikan relevansinya. Intinya keliru dalam menalar atau berargumen. Argumen merupakan alasan atau bukti bahwa kesimpulan yang diperoleh dalam sebuah penalaran adalah benar.

Ada dua macam kesalahan/kegagalan dalam berargumen:
- Kesalahan dapat terjadi karena argumen memuat premis yang terbentuk dari proposisi yang salah. Argumen demikian akan gagal menetapkan kebenaran kesimpulannya.
- Kesalahan dapat terjadi karena argumen memuat premis-premis yang tidak berhubungan dengan kesimpulan yang dicari. Kegagalan berargumen jenis kedua ini disebut sesat pikir. Contoh:
Premis 1: Sifat tuhan adalah kekal abadi
Premis 2: Pancasila memuat nilai-nilai yang kekal abadi
Kesimpulan: tuhan dan pancasila adalah identik (sesat pikir)
Kesalahan Penalaran
Kesalahan dalam melakukan penalaran (berargumen) merupakan kekeliruan dalam menalar. kesalahan ini terbagi menadi dua;
Kesalahan Evidensi
Argumen yang keliru akan tetapi diterima oleh kebanyakan orang, mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya argumen tersebut adalah tidak benar. Argumen demikian biasanya bersifat persuasif dan bermaksud mempengaruhi jiwa dan pemikiran orang lain. Misalnya pidato politis, iklan dsb
Ambiguitas penalaran
kesalahan dalam penalaran disebabkan karena kecerobohan dan ketidak telitian dalam memahami pokok permasalahan sehingga argumennya menggunakan proposisi yang mempunyai ambiguitas makna. Misalnya term salah prosedur yang sering diucapkan para pejabat apabila terdapat kesalahan yang berimplikasi pada masyarakat.
Kesalahan Evidensi terbagi menjadi beberapa klasifikasi, diantaranya:
- Argumentum Ad Baculum: pembenaran argumen atas dasar kekuasaan. Kekeliruan ini terjadi apabila pengajuan argumen disertai dengan pengaruh kekuasaan, baik disertai ancaman fisik atau tidak
- Argumentum Ad Hominem (I) :Â Pola pikir yang ditujukan pada penguatan kepentingan pribadi.
- Argumentum Ad Ignorantiam: argumen yang bertolak dari anggapan yang sulit dibuktikan kesalahannya dan sulit pula dibuktikan kebenarannya. Contoh: fenomena psikis seseorang, pandangan paranormal dll
- Argumentum ad Misericordiam: argumen yang didasarkan pada perasaan belas kasihan, sehingga pembenarannya bukan karena kesesuaian dengan fakta.
- Argumentum ad populum: kekeliruan yang diterima umum atau “salah kaprahâ€, argumen sering kali dijadikan pemberanaran atas pernyataan yang tidak sesuai dengan kenyataan. contoh: reklame, tidak adanya relevansi media iklan dengan produk. Politisi dll
- Argumentum ad verecundiam: pernyataan atau argumen yang disampaikan oleh pakar. Pandangan ini dianggap kebenarannya secara niscaya.
- Accident : argumen dalam perkara yang bersifat khusus atau kebetulan namun kemudian dianggap umum yang kemudian menjadi tidak relevan.
- Converse accident: pandangan terhadap ciri khas sesuatu dan memusatkan perhatiannya pada hal tersebut yang sudah dianggap populer.
- Ignoratio elenchi: “kesimpulan yang tidak relevanâ€, pembentukan argumen untuk kesimpulan khusus justru diarahkan untuk kesimpulan lain yang berbeda.
- False cause: salah menyimpulkan sebab-sebab terjadinya sesuatu, ada dua:
Non causa pro causa: kesalahan pikiran akan hal-hal yang sebenarnya bukan menjadi sebab yang sebenarnya bagi dampak suatu peristiwa.
Pos Hoc ergo propter Hoc: menunjukan pada penarikan kesimpulan bahwa suatu peristiwa dapat dijadikan alasan bagi peristiwa lainnya karena peristiwa pertama mendahului peristiwa lainnya
Ambiguitas penalaran/makna:
suatu argumen atau pernyataan yang mengandung makna ambigu atau memiliki makna ganda:
- Ekuivokasi: kesalahan karena menggunakan kata-kata yang bersifata Ekuivok; misalnya kata “Bisa†yang mempunyai kemungkinan arti “dapat, mampu†dan “racunâ€. Kata tersebut ambigu ketika makna yang dimaksud berbeda tapi digunakan dalam satu konteks.
- Amphiboly: kesalahan argumen dimana premis-premisnya memiliki konstruksi gramatikal yang mudah diubah dan menimbulkan interpretasi yang berbeda.
- Accent: pernyataan yang sifatnya menipu para pembaca/pendengar karena adanya perubahan makna. Misalnya dengan mencetak miring bagian pernyataan tersebut atau dengan mencetak tebal dsb, yang ditujukan untuk menimbulkan makna lain.
- Komposisi: pernyataan yang membuat orang keliru dalam berargumen; ada dua:
- Kekeliruan karena atribut atau keterangan dari bagian-bagian argumen sebagai keterangan keseluruhan.
- Kekeliruan karena atribut atau keterangan bagian tertentu dari argumen dianggap identik dengan atribut/keterangan pada bagian lain. (Sumayono, 2008: 9-20)
Demikian pembahasan mengenai Sesat pikir. Sampai jumpa dalam artikel berikutnya…. Salam literasi