Pelatihan Kewirausahaan Ekokultural – memberdayakan Masyarakat miskin pedesaan

oleh
oleh
Kewirausahaan Ekokultural

Kewirausahaan Ekokultural – Tersedianya model pelatihan kewirausahaan berlatar budaya lokal untuk pemberdayaan masyarakat miskin di pedesaan.

Edukasi review Artikel Jurnal

judul artikel : Pelatihan Kewirausahaan Berlatar Ekokultural untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin Pedesaan

Penulis: Uyu Wahyudin

Jurnal Mimbar Volume XXVIII, Halaman 55 – 64 tahun 2012

Latar Belakang

Pada tahun 2000 tepatnya bulan september terdapat Konferensi Tingkat Tinggi Melenium yang di hadiri oleh Indonesia dan beberapa negara yang tergabung dengan Perserikatakan Bangsa-Bangsa (PBB). Didalam konferensi tersebut menyepakati adanya Millenium Development Goals (MDGS) yang di sahkan pad PBB Nomor 55.2 tanggal 18 September 2000 mengenai A/RES. 55.2 Unitied Nations Millenium Declaration.

MDGS merupakan sebuah paradigma pembangunan global yang menuntut adanya sebuah komitmen dari pemimpin di dunia sebagai penanganan terkait isu-isu perdamaian, keamanan, pembangunan, hak asasi dan kebebasan fundamental. Setelah berjalannya MDGS yang lebih dari sepuluh tahun diperkirakan belum meratanya kelas penduduk miskin di Indonesia.

baca juga: Strategi Penguatan Pembangunan Madura Berkelanjutan Melalui Pemberdayaan Nilai Kearifan Lokal

Oleh karena itu pemerintah atau pemimpin Indonesia membuat sebuah program IDT di tahun 2003 yang di anggap mampu membantu kemiskinan masyarakat dengan menyediakan modal bergulir sebagai dana hibah dan dana pinjaman. Program tersebut di uji cobakan pada 15-30 kepala keluarga yang di dasarkan atas Inpres 5/1993 dan Inpres 3/1996.

Selain itu terdapat upaya penanggulangan kemiskinan dengan penyediaan kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, lowongan pekerjaan dan upaya lainnya. Dari upaya tersebut tentunya terdapat ketergantungan masyarakat yang diberikan oleh negara berupa material dan program tersebut belum sepenuhnya dapat menurunkan angka kemiskinan di Indonesia sebab tidak mempertimbangkan ekosistem yang sulit di atasi.

 Untuk melihat faktor penyebab ketidakberhasilan program yang dilakukan negara maka ilmuan melakukan riset dengan melakukan dua pendekatan yaitu struktural dan kultural. Pendekatan struktural yaitu kemiskinan terjadi sebab kebijakan pemerintah tidak mendukung pewujudan kemiskinan. Sedangkan pendekatan kultural lebih memfokuskan pada tingkat kemiskinan yang disebabkan masyarakat tidak memiliki pola pikir yang maju seperti tingkat pendidikan yang masih rendah.

BACA JUGA  Teknologi Media Pembelajaran Post Pandemic COVID-19

baca juga: Madura Madani : harapan dan strategi mewujudkannya

Oleh karena itu perlunya upaya inovatif yang dilakukan untuk mengentaskan kemiskinanan terutama pada sumber daya manusia. Untuk menjadikan mutu masyarakar yang lebih baik maka dilakukannya upaya pendidikan yang optimal seperti halnya pelatihan dan pengembangan kewirausahaan yang nantinya dapat meningkatkan daya kelas bawah serta pelatihan kewirausahaan tersebut berbasis ekologis dan budaya lokal atau terminologi ekokultural.

Metode

Artikel ini menggunakan metode penelitian Mix Metod. Mix Metode merupakan metode penelitian dengan dua metode yaitu kualitatif dan kuantitatif. Untuk metode Kualitatif menggunakan fokus diskusi kelompok, angket dan observasi. Dalam metode ini menggunakan empat teknik analisis penelitian yaitu analisis dominan, analisis taksonomis, analisis kompensional dan analisis tema. Analisis domain sebuah teknik untuk memperoleh  data secara menyeluruh. 

Analisis taksonomis dan kompensional sebuah teknik yang menjelaskan secara rinci mengenai fenomena atau pembahasan yang sedang dilakukan penelitian serta harus difokuskan. Analisis tema yaitu mengidentifikasi dari data dan hasil yang telah di kumpulkan peneliti setelah terkumpur terdapat ditentukan tema.

Sedangkan metode kuantitatif yaitu digunakan untuk menguji efektivitas model yaitu untuk menguji perbedaan rata-rata skoler gain setiap subjek pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Dari dua metode ini jika di lakukan dalam penelitian maka akan menghasilkan hasil penelitian yang baik dan sempurna sebab menggunakan metode yang berbeda dan tentunya untuk menguji data juga dilakukan secara berbeda.

Konsep Penelitian

Artikel ini menggunakan konsep dua penelitian yaitu pertama menguji kerangka konseptual dan penyusunan model konseptual. Kedua melakukan validasi model penelitian, revisi model konseptual, melakukan uji coba model dan penghalusan model terhadap naratif yang masih janggal.

Sample penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menngunakan responden dari dua wilayah.  Respondenya adalah penduduk miskin Desa Sukamurni yang ada di wilayah Kabupaten Garut dan Desa Tenjowaringin di Kabupaten Tasikmalaya

Kewirausahaan Ekokultural

Alasan dipilihnya dua tempat tersebut adalah sebagai berikut.

BACA JUGA  Memahami Politik, Perdebatan definitif dan konsensus pemahaman

a.           Letaknya yang terpecil dan menjadi batas paling ujung pada wilayah kebupaten Garut dan Tasikmalaya.

b.           Penduduk yang tinggal di desa tersebut kebanykan berprofesi sebagai petani miskin.

c.           Kedua desa tersebut tidak pernah mendapatkan program pembangunan sekalipun. Baik itu alokasi aggaran dari pemerintah daerah ataupun anggaran pemerintahan pusat,

d.           Letak dari kedua wilayah tersebut sangat dekat, yakni berimpit satu dengan yang lainnya dan yang menjadi batas antara keduaya hanyalah sungai pembatas kabupate Garut dan Kabupaten Tasikmalaya.

Sampel yang digunakan adalah sebanya 100 orang. Masing-masing desa diambil 50 orang secara acak sehingga totalnya adalah 100 orang.

Hasil dan pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka ditemukan :

A.           Pelatihan kewirausahaan Berlatar Ekokultural untuk Pemberdayaaan Masyarakat Miskin Perdesaan

1.           Ekosistem pedesaan di Indonesia sebagian besar adalah lingkungan pertanian dan juga peternakan yag dikelola secara tradisional untuk keperluan konsumtif.

2.           Pelatiahn yang berlatar pada budaya pada prinsipnya adalah pelatihan yang lekat degan culture masyarakat dimana hal itulah yang dijadikan sasaran.

3.           Beberapa acuan dapat dilakukan melalui pendekatan budaya dalam pelatihan, yaitu :

•            Penggunaan metode partisipatoris

•            Menampung aspirasi dari elite lokal

•            Penggalian, reinterpretasi, dan revitalisi “kearifan lokal” yang tersembunyi dlam lisan dan tulisan ada kaitannya dengan pengembangan lingkungan.

•            Pembandingan antara aspirasi rakyat dan aspirasi elite lokal.

•            Penyesuaian rencana ekonomi, teknologi, dan politik dengan spirasi rakyat da elite lokal dan sosialisasinya.

Model Pelatihan Kewirausahaan Ekokultural untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin Perdesaan

1.           Pelatihan karakteristik kewirausahaan mempunyai karakteristik khas, yaitu:

•            tujuannya adalah to be;

•            pembelajaran lewat pengalaman experiential learning;

•            holistik, dalam arti mencakup mask-mindset, attitude, skill, and knowledge;

•            harus menyertakan business creation, business operation and business growth,

•            tidak bisa sekedar diajarkan, tapi harus ditularkan; dan   penekanannya dofokuskan pada pembentukan pola pikir.

BACA JUGA  Satuan-satuan dalam matematika yang sering digunakan

2.           Materi yang akan diberikan pada pelatihan ini harus dilengkapi dengan :

•            Keterampilan bertani dan juga berternak

•            Prospek dan pengembangan agribisnis

•            Pengembangan koperasi yang dimaksudkan untuk medukung pertanian.

3.           Strategi, mtode, dan media pelatihan

•            Strategi : melalui sebuah sharing kepada entrepreneurship educators yang terbuka untuk diperkaya dan dikritisi.

•            Metode : simulation, movies, vidcon, seminar, dan sebagainya.

•            Media : lebih banyak menggunakan gambar dan simbol-simbol sehingga lebih mudah dicerna oleh warga masyarakat, termasuk mereka yang buta aksara.

4.           Parameter ukur keberdayaan masyarakat dapat diukur melalui variable sikap mental kewirausahaan da kemandirian. Alat ukur ini dapat dijadikan instrumen untuk mengungkap kebutuhan pelatihan serta data dasar pengembangan materi pelatihan kewirausahaan berlatar ekokultural.

5.           Parameter ukur keberdayaan masyarakat dalam penelitian ini dapat dijadikan instrument untuk mengungkapkan data yang bisa dijadikan dasar analisis kebutuhan pelatihan.

Kelebihan Artikel

Kekuatan penelitian ini adalah yaitu dengan menggunakan mix metod (kualitatif dan kuantitatif) dimana dari dua metode ini jika digabungkan akan menghasilkan hasil penelitiian yang sempurna sebab setiap metode memiliki cara yang berbeda-beda dalam menemukan hasil penelitian. Selain itu hasil penelitian ini juga menjelaskan hasil yang sangat rinci sehingga dapat dipahami.

Kelemahan

1.           Subjudul pembahasan tidak ditulis. Hal ini menyebabkan sang pembaca kesulitasn untuk memahami mana yang masih termasuk bagian pendahuluan ataukan sudah masuk bagian pembahasan.

2.           Metode penelitian juga tidak dicantumkan sesuai subjudul tersediri. Karena terlalu banyak tulisan menyebabkan pembaca sulit menemukan metode penelitian yang digunakan.

3.           Terdapat beberapa bahasa yang kurag dipahami oleh pembaca karena terlalu ilmiah bagi orang awam.

Kesimpulan

•            Model pelatihan kewirausahaan berlatar ekokulturan bertujuan untuk meningkatkan daya saing masyarakat miskin pedesaan.

•            Media belajar yang digunakan adalah gambar dan simbol-simbol yang terkait dengan budaya Sunda

•            Model pelatihan kewirausahaan berlatar ekokultural yang meliputi kurikulum, bahan ajar/ materi pelatihan, strategi dan media pelatihan untuk pemberdayaan masyarakat miskin di perdesaan

•            Media belajar harus dibuat sedemikian jelas agar lebih mudah dipahami.

Review Jurnal Artikel oleh mahasiswa Sosiologi UTM sebagai pembelajaran dan peningkatan literasi.

Kartika Sari & Nor Khofifah

Tinggalkan Balasan