industri substitusi import di Indonesia – Industri substitusi import adalah strategi untuk mengurangi ketergantungan Import dan menghemat anggaran negara. strategi ini meniscayakan adanya skala prioritas sektor mana yang paling tergantung pada import. Dengan substitusi import, negara akan membangun industri pada sektor tersebut. dengan demikian, industri dalam negeri akan mengurangi ketergantungan pada Import.
Industri substitusi Import di Indonesia Apa yang tepat?
Industri Subsitusi Import barang yang selam diimport yang tepat untuk Indonesia adalah impor mesin dan peralatan mekanik. Badan Pusat Statistik (BPS) nilai impor nonmigas Indonesia naik pada September 2020 dari US$ 9,8 miliar menjadi US$ 10,4 miliar. Mesin dan peralatan mekanis menjadi golongan barang utama dengan nilai impor terbesar yaitu sebesar US$ 1,8 miliar.

Substitusi import sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia karena dengan menerapkan strategi ini kita bisa sangat berhemat. Kondisi Indonesia yang memiliki banyak industri akan terbantu dengan masuknya mesin dan perlatan mekanik sehingga melalui semakin canggihnya mesih dan peralatan dari negara lain maka tingkat produktivitas dapat meningkat.
Selain produktivitas dengan jumlah yang meningkat menjadi banyak juga lebih efektif dan efisien waktu. Maka hasil produksi tersebut tidak perlu dipertimbangkam sebagai barang modal. Melalui impor barang tersebut maka dapat memenuhi dan mengimbangi konsumsi dalam negeri.
Mesin dan teknologi yang masuk ke indonesia termasuk barang canggih yang tidak dapat diciptakan didalam negeri, maka melalui import juga akan berdampak pada kemajuan tekhnologi dan juga pengetahuan masyarakat dengan teknologi. Seperti pada sektor pertanian sebelum adanya teknologi mesin masyarakat masih menggunakan alat-alat tradisional yang menggunakan tenaga manusia dan memerlukan waktu yang lama.
Seiring perkembangan zaman masyarakat luar negeri menemukan penemuan mesin dan alat baru. Dari sini Indonesia mengimpor mesin dan alat tersebut untuk meningkatkan pertanian di Indonesia. Seperti alshinta dan traktor. Melalui modernisasi pertanian terbukti bisa meningkatkan produktivitas pangan sehingga proses produksi pertanian bisa lebih efisien. Penggunaan mesin pertanian bisa menghemat biaya produksi yang biasanya mencapai Rp 3 juta per ha. Kini, bisa ditekan sekitar 65% menjadi Rp 1 juta- Rp 800.000 per ha.
Menurut data Kementan, produksi GKG tahun 2015 mencapai 75,55 juta ton, setelah petani menggalakkan penggunaan alsintan, produksi meningkat 4,66% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 70,85 juta ton, dan pada tahun 2016 lalu produksi GKG mencapai 79 juta ton GKG.
Tahun 2017 produksi GKG sebesar 85,5 juta ton atau setara 55,5 juta ton beras, sedangkan konsumsi sebesar 32,7 juta ton beras sehingga masih terdapat surplus konsumsi yang diharapkan bisa diekspor. Adapun target produksi jagung adalah 30,5 juta ton serta kedelai target produksinya 1,2 juta ton.
Maka melalui impor mesin dan peralatan mekanik tersebut dapat memajukan dan meningkatkan kegiatan disegala sektor di Indonesia termasuk sektor industri dan pertanian. Melalui peningkatan tersebut juga akan dapat berdampak pada kemampuan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri dan juga kebutuhan ekspor. dengan demikian kita akan mampu bersaing di era globalisasi dan revolusi industri 4.0 menuju society 5.0
Beberapa sektor Substitusi Import indonesia mana yang relevan?
BY: Novie Octavia Malasari