Sayyid Abdurrahman Merupakan Tokoh yang diyakini masyarakat desa Pagerwojo Perak Jombang jawa timur sebagai sosok sepuh yang membawa ajaran agama islam ke Desa pagerwojo. Sayyid Abdurrahman, menurut KH. Jamaluddin Ahmad Tambak beras merupakan saudara dari Sayyid Sulaiman mojo agung, artinya beliau adalah Cucu dari Sunan Gunung Jati yang merupakan bagian dari Wali songo penyebar agama Islam di Nusantara khususnya pulau Jawa.
Kompeks makam sayyid Abdurrahman terletak persis di belakang Masjid Baiturrahman Desa Pagerwojo. Haul sayyid Abdurrahman, dilaksanakan setiap tanggal 18 Shofar dan biasanya dilaksanakan selama beberapa Hari. Tahun ini (2023) acara haul dilaksanakan berbeda dari biasanya yakni ada tambahan acara bazar produk unggulan desa pagerwojo. Demikian disampaikan ketua panitia pelaksana Agus Tsabit Al Binani pengasuh Pondok pesantren Subulussalam Pagerwojo.

Pelaksanaan Haul sayyid Abdurrahman 2023
Haul merupakan tradisi islam nusantara yang dalam rangka mengenang seseseorang yang sudah meninggal dan dilaksanakan setiap tahun. haul Sayyid Abdurrahman ini dilaksanakan setiap 18 Shofar tahun hijriyah. Tanggal umum atau masehi tidak sama, patokannya ya tanggal 18 Shofar, demikian ungkap Kepala desa Pagerwojo.
Untuk tahun 2023 ini pelaksanaan peringatan Haul pada tanggal 02 – 05 September 2023 dengan berbagai rangkain acara yang berbeda setiap harinya. Penitia pelaksana adalah dari Unsur ketakmiran masjid Baiturrahman dan didukung Oleh pemerintah Desa. demikian ungkap Ketua takmir masjid baiturrahman Bpk. Husnul Muhib bersama Kepala desa pagerwojo.

Rangkaian acara Haul Sayyid Abdurrahman 2023
- Pra Acara : Pra acara Haul dilaksanakan pada tanggal 2 September 2023 dengan rangkain Lailatus Sholawat, dan Bazar Produk Unggulan desa Pagerwojo. Lailatus Sholawat diisi dengan penampilan Sholawat Al banjari, pada kesempatan Ini akan diisi Group Sholawat Al banjari dari Pondok Pesantren Hidayatullah Tampung Pasuruan dan beberapa Group sholawat Lokal pagerwojo dan Kecamatan Perak. Acara ini dilaksanakan pada sabtu Malam dan bersifat Umum, bisa dihadiri semua masyarakat baik desa pagerwojo maupun luar pagerwojo.

Sementara itu, Bazar Produk unggulan desa pagerwojo dilaksanakan pada siang sebelum acara lailatus sholawat. Tujuan dari bazar ini adalah memperkenalkan produk unggulan pagerwojo yang potensial dikembangkan sebagai sumber pendapatan baru warga desa dalam rangka menunggu ekonomi kreatif. Demikian ungkap kepala desa Bapak Iman Wahyudi.
- Hari kedua 3 September acaranya cukup padat. Pertama Pada pagi hingga dhuhur atau Sore dilaksanakan khotmil qur an Bil Ghoib. Acara ini khusus oleh pada Hafidz Alquran dan dilaksanakn di Masjid Baiturrahman. Kedua pembacaan manaqib berikutnya adalah pembacaan Manaqib Syeh Abdul Qodir Al Jailani yang terangkum dalam kitab Nurul Burhan. Acara ini juga bersifat umum dihadiri oleh semua kalangan masyarakat. Ketiga Dzikrul Ghofilin merupakan pembacaran Aurod yaitu untaian kalimah Toyyibah yang disusun dan perkenalkan Oleh Gus Mik dari Ploso Mojo Kediri. Keempat Tahlil dan Istighotsah. Tahlil atau tahlilal tidak dapat dilepaskan dari acara haul, tradisi masyarakat Nahdhiyyin ini adalah “wajib” ada dalam setiap acara haul.
- 4 Sepember 2023 atau hari ketiga rangakaian acaranya adalah Khotmil Quran bin Nadhor, Acara ini dilaksanakan di Masjid Baiturrahman sebagai majlis utama dan diikuti beberapa musholla atau surau yang tersebar di desa pagerwojo. Malam harinya dilaksakan Hadrah ISHARI sekabupaten Jombang.

- Hari ke 4, yaitu 5 September adalah Santunan dan Pengajian Umum. Santunan diberikan kepada Anak yatim desa Pagerwojo dan kemudian dilanjutkan dengan Pengajian umum dengan Penceramah Dai Muda NU yang populer yaitu, KH. Ahmad Reza Zahid atau Gus Reza dari Lirboyo Kediri.

Analisis sosiologis acara Haul sebagai Tradisi Masyarakat
Memahami Haul
Haul adalah tradisi umat Muslim di Indonesia yang merayakan ulang tahun kematian tokoh berjasa Islam. Acara ini biasanya diadakan di sekitar kuburan atau tempat yang diperingati tokoh tersebut. Haul sering berlangsung selama tiga hari tiga malam dengan berbagai acara, termasuk tilawah Al-Qur’an dan tahlil massal. Tujuannya adalah mengirim pahala dari bacaan suci dan mengenang sejarah tokoh yang diperingati. Beberapa kelompok tidak mendukung haul, tetapi ada hadis yang mencatat bahwa Nabi dan sahabatnya melakukan ziarah ke makam para syuhada, yang bisa dianggap sebagai dasar untuk tradisi haul. Ada juga nilai yang sama dengan ziarah kubur, yaitu meningkatkan kualitas keagamaan.
Haul awalnya merupakan ritual keagamaan yang diatur secara sosial, sehingga dapat dianggap sebagai ritual keagamaan sosial. Ritual itu sendiri dapat didefinisikan dalam dua cara: definisi substantif, yang mencakup tindakan berulang-ulang yang memiliki makna spiritual dalam agama dan menghubungkan pemeluk agama dengan yang ilahi, serta definisi fungsional, yang melibatkan delapan fungsi, seperti pengingat, pengikat sosial, pengatur tindakan moral, sosialisasi, pengembangan psikologi, pengikat alam, dan pemberdayaan.
Dengan demikian, haul adalah ritual keagamaan sosial yang melibatkan serangkaian acara yang tidak hanya berhubungan langsung dengan aspek agama, tetapi juga memeriahkan acara dan menarik partisipasi banyak orang. Tujuannya adalah untuk berdoa bersama, mengambil pelajaran dari sejarah tokoh yang diperingati, dan berharap dapat memperoleh pelajaran, terutama dalam konteks agama, untuk kehidupan umat Islam di masa depan.
Haul Sebagai Tradisi Sosial keagamaan
Haul saat ini bukan hanya merupakan praktik agama, melainkan juga telah menjadi bagian dari perilaku sosial atau realitas sosial. Haul adalah sebuah ritual sosial keagamaan yang diterima oleh masyarakat sebagai tradisi tahunan mereka. Masyarakat umumnya tidak mempertanyakan keabsahannya karena dasar-dasar agama telah memberikan legitimasi padanya. Meskipun dalam haul terkadang ada unsur-unsur yang tidak berhubungan langsung dengan agama, seperti aktivitas ekonomi dan hiburan, beberapa dari hiburan ini masih memiliki nuansa Islami, seperti pembacaan shalawat Nabi yang diiringi musik hadrah.
Namun, penting untuk diingat bahwa haul tidak hanya tentang ziarah ke kuburan, tetapi juga melibatkan acara inti yang memiliki makna sosial dan religius yang mendalam. Melalui ceramah agama dan pembelajaran, masyarakat mencoba menghidupkan kembali sejarah tokoh yang diperingati dalam haul, dengan harapan dapat mengambil pelajaran untuk kehidupan mereka, terutama dalam konteks agama. Dalam proses ini, mereka merasa bahwa sosok yang telah meninggal tersebut hadir secara spiritual bersama mereka, meskipun pengalaman ini bersifat subjektif dan personal bagi setiap individu.
Manusia mengalami sejarah mereka sendiri secara subjektif dalam kehidupan pribadi mereka. Ini memunculkan pertanyaan tentang bagaimana subjektivitas sejarah tersebut dapat dihadirkan secara objektif. Dalam sosiologi agama, haul adalah proses objektifikasi di mana manusia berkumpul untuk meningkatkan kesadaran bersama mereka, tetapi pada saat yang sama menginternalisasi realitas yang berbeda.
Sebagai contoh, Haul ke-5 KH. Abdurrahman Wahid, yang dikenal sebagai Gus Dur, diadakan pada awal tahun 2015. Acara ini menjadi meriah bukan hanya karena Gus Dur adalah mantan Presiden Indonesia, tetapi juga karena masyarakat memiliki citra yang berbeda tentangnya. Sejarah Gus Dur tentu berbeda dari sejarah umat Islam yang hadir dalam acara haul tersebut. Oleh karena itu, apa yang dihadirkan dari sejarah Gus Dur dalam haul adalah sejarah yang objektif yang dapat diterima oleh semua peserta haul, meskipun mereka mungkin menginternalisasi nilai-nilai yang berbeda dari sosok Gus Dur.
Seorang politisi mungkin terinspirasi oleh sejarah Gus Dur yang berhubungan dengan politik, sementara orang lain yang menganggap Gus Dur sebagai Bapak Pluralisme Indonesia akan menginternalisasi makna keagamaan dari perspektifnya. Perbedaan ini hadir dalam konteks yang sama, yaitu realitas sosial haul. Dengan demikian, apa yang dianggap sebagai sejarah oleh peserta haul bukanlah sekadar kronologi hidup Gus Dur, tetapi lebih pada pemahaman nilai-nilai yang mendasarinya dalam berbagai aspek kehidupan.
Hal tersebut menjelaskan bahwa agama memainkan peran penting dalam memberikan makna kepada kehidupan mereka, termasuk dalam konteks haul. Haul dianggap sebagai perilaku agama karena melalui acara ini, mereka diajak untuk berdoa bersama, memohon ampunan bersama, dan meningkatkan kualitas keberagamaan bersama-sama. Dengan merenungkan sejarah tokoh yang diperingati dalam haul, mereka tidak hanya diingatkan tentang keterbatasan hidup manusia, tetapi juga mendapatkan kedalaman iman yang lebih kuat. Semua ini didasari oleh motif agama.
Seperti yang dijelaskan oleh Berger, agama adalah nomos sakral yang memberikan panduan dalam memperbaiki tatanan sosial yang bersumber dari yang sakral dan didasari oleh legitimasi agama, bukan hanya sejarah manusia belaka.
Untuk mengakhiri analisis ini, kutipan dari Rosihan Anwar menggarisbawahi bahwa berita duka tidak hanya berisi data dan fakta semata, tetapi juga refleksi pribadi. Ini melibatkan analisis dan penilaian, sehingga individu yang telah meninggal tampil sebagai manusia yang lebih utuh dalam ingatan kita. Tidak hanya peristiwa-peristiwa selama hidupnya yang diperhitungkan, tetapi juga semangat zaman yang memengaruhinya. Dalam konteks haul, momen ini menjadi waktu untuk merenungkan dan menginspirasi melalui sejarah yang telah dihadirkan secara sosial dengan cara seobjektif dan seutuh mungkin. Peserta haul menuliskan kutipan-kutipan sejarah yang relevan dengan pengalaman hidup mereka masing-masing, lengkap dengan pesan moralnya, dengan tujuan meningkatkan kualitas kehidupan mereka, terutama dalam hal agama.
Penutup Analisis
Haul adalah sebuah ritual sosial keagamaan yang menyatukan dua dimensi penting dalam kehidupan sosial dan agama. Ini menciptakan realitas lintas dunia karena melibatkan sejarah kehidupan mayit yang diperingati, yang dihadirkan secara sosial. Haul menampilkan motif unik masyarakat, yaitu motif agama yang diaplikasikan melalui refleksi sejarah, meskipun secara keseluruhan, haul cenderung bernuansa agama, kecuali saat refleksi sejarah menjadi acara intinya.
Haul adalah tindakan sosial dan agama sekaligus. Ini adalah ritual keagamaan yang dilakukan secara sosial, mengandung motif agama, tetapi tujuannya tidak hanya terbatas pada aspek keagamaan semata. Haul memberikan makna-makna agama yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan keagamaan individu. Terakhir, haul adalah realitas sosial karena diterima dan dihayati oleh masyarakat sebagaimana adanya. source analisis