Pulau Awet Muda adalah julukan yang diberikan kepada salah satu pulau yang terletak di ujung timur Kabupaten Sumenep. Pulau yang berada di antara gugusan pulau-pulau lainnya ini adalah Pulau Gili Iyang. Tidak banyak yang tahu bahwa nama lain dari pulau ini adalah Pulau Awet Muda.

Bukan tanpa sebab pulau ini dijuluki dengan nama tersebut, melainkan karena kadar oksigen yang tinggi ada pada pulau ini. Seperti yang dilansir pada Tribun News, Gili Iyang dinobatkan sebagai pulau dengan kandungan oksigen paling bersih di Indonesia. Bahkan, Gili Iyang dinobatkan sebagai pulau di Indonesia dengan kadar udara terbersih nomor dua di dunia setelah Yordania.
Kandungan Oksigen pulau Giliyang
Tidak hanya dijuluki sebagai “Pulau awet Mudaâ€, pulau ini juga memiliki julukan lain yakni “Pulau Oksigenâ€. Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), kandungan oksigen di Gili Iyang cukup tinggi, yaitu sekitar 3,4-4,8% di atas batas normal yaitu sekitar 20,95%. Berdasarkan penelitian Balai Besar Teknis Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jawa Timur, kandungan oksigen di pulau seluas 9 km2 ini mencapai 21,5% bahkan di beberapa spot ada yang mencapai 22%. Ini lebih tinggi dari kadar oksigen rata-rata di dunia yang 20,9%.
Keyakinan bahwa kadar oksigen di pulau ini tinggi juga diperkuat dengan fakta penduduknya yang rata-rata berumur panjang. Yang membuat atmosfer begitu sehat di pulau ini tidak hanya dari kadar oksigennya saja, namun juga minimnya pencemaran dari gas-gas polutan seperti hidrokarbon, CO, CO2, dan CFC. Bahkan hampir tidak ada efek rumah kaca di pulau ini. Selain itu, pulau ini mengandung banyak aerosol garam, terutama magnesium sulfat, yang dikenal dengan garam Epsom. Di Asia, garam Epsom dimanfaatkan untuk kesehatan dan kesegaran kulit.
Demografi
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumenep, pulau ini hanya terdiri dari dua desa saja, yakni Desa Bancamara dan Desa Banraas. Luas pulau ini adalah 9,15 km2, dengan total penduduk 7.701 jiwa. Pulau ini berada di ujung timur Pulau Madura, tepatnya di Kecamatan Dungkek yang berjarak 28km dari pusat kota Kabupaten Sumenep.
Rute menuju Giliyang
Untuk bisa sampai di pulau ini, para wisatawan harus ke Desa Dungkek terlebih dahulu dan menyewa perahu yang berada di Pelabuhan Dungkek. Tarif yang dikenakan untuk menyewa perahu adalah Rp. 20.000, untuk perjalanan pulang sekaligus pergi. Untuk menyebrang ke pulau ini dibutuhkan waktu sekitar 20-45 menit setelah lepas dari Pelabuhan Dungkek. Sesampainya di pulau ini, wisatawan bisa memulai trekking dengan berjalan kaki atau bisa menyewa odong-odong, kendaraan beroda tiga dari penduduk setempat. Penduduk di pulau ini berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Madura dan sedikit sekali yang paham dengan Bahasa Indonesia, jadi alangkah baiknya para wisatawan mengundang guide untuk menemani dan memandu selama perjalanan.
Spot Wisata
Selain keindahan Pulau Gili Genting dan Gili Labak, kini saatnya wisatawan mengenal salah satu surga tersembunyi dari ujung timur Pulau Garam, yakni pesona Gili Iyang. Keindahan alam yang masih terjaga dan dirawat oleh penduduk sekitar, seharusnya mampu memikat minat wisatawan untuk mengunjungi pulau kecil dan eksotis ini. Berikut adalah beberapa pariwisata yang bisa dikunjungi para wisatawan:
Pantai Ropet

Pantai ini terletak di Desa Banraas, Pulau Gili Iyang. Harga tiket masuk menuju pantai ini relatif murah yakni hanya Rp. 5.000. Pantai Ropet mulai dibuka saat jam 08.00 hingga tutup jam 18.00 waktu setempat. Pantai ini banyak dihiasi karang terjal dengan air yang jernih dan ombak yang tenang mampu menyegarkan fisik dan pikiran. Di sepanjang pesisir pantai, diselimuti pasir putih yang dapat memanjakan mata. Kejernihan air yang sangat alami membuat banyak biota laut bisa terlihat jelas. Wisata ini wajib dikunjungi di daerah ini, dikarenakan pemandangan alamnya yang masih sangat alami sehingga belum tersentuh polusi apapun dari kendaraan bermotor.
Batu Canggah


Batu Canggah terletak di Dusun Baniteng Desa Bancamara. Perjalanan untuk mencapai Batu Canggah sendiri tidaklah mudah, para wisatawan harus berjalan kaki terlebih dahulu sekitar 30 menit dari tempat odong-odong biasanya diparkir. Melewati hijaunya sawah milik penduduk, pemandangan akan terasa nikmat. Selama perjalanan menuju lokasi, wisatawan tidak akan pernah bosan untuk melihat keadaan alam masyarakat sekitar yang benar-benar masih terjaga kealamiannya. Saat tiba di gapura bertuliskan Batu Canggah, pengunjung masih harus menuruni anak tangga yang cukup ekstrim, jika lalai sedikit saja maka tidak dapat dipungkiri bisa terjatuh ke bawah dan disambut dengan batu-batuan karang. Setelah menapaki anak tangga terakhir, maka akan terlihat lekukan karang berukuran besar yang akan memanjakan mata, yang berdiri kokoh, tegak, nan eksotis.
Di sepanjang jalan sudah tersedia pagar bambu untuk memudahkan para wisatawan berjalan untuk mengantisipasi terpeleset atau bahkan terjatuh. Saat di Batu Canggah, wisatawan tidak hanya dimanjakan dengan pesona batuan karang yang eksotis ini, namun juga akan disambut dengan hamparan laut luas yang siap membuat mata takjub.
Gua Mahakarya (Gua Celeng)

Gua ini terletak di Desa Banraas, sekitar 3 km dari tepi pantai Gili Iyang. Untuk bisa sampai di gua ini, para wisatawan harus berjalan turun melalui bebatuan kecil yang akan dipandu oleh guide.
Gua ini ditemukan sekitar tahun 2014 oleh warga sekitar. Sebelum bernama Gua Mahakarya, gua ini bernama Gua Celeng dikarenakan gue ini dihuni dan dijadikan tempat persembunyian oleh babi hutan.
Namun seiring berjalannya waktu, celeng (babi hutan) mulai meninggalkan gua ini. Keindahan batu stalaktit dan stalagmit yang ada di gua ini bisa memukau para wisatawan karena bisa melihat dinding gua yang berkelap-kelip terkena cahaya. Gua ini memiliki luas sekitar 800 m2 dan terbagi menjadi tujuh ruangan yang bisa dinikmati.
Penerangan di gua ini benar-benar murni dari cahaya matahari, sehingga hal ini menjadi keunikan tersendiri untuk digunakan sebagai spot foto. Dengan beberapa bebatuan stalaktit dan stalagmit yang masih aktif serta menghasilkan bebatuan baru, di dalam gua juga terdapat bebatuan bersinar karena pada gua ini mengandung butiran-butiran kecil yang jika terkena cahaya maka akan memancarkan kilau yang indah.
Selain itu, di dalam gua juga terdapat bebatuan dengan bentuk yang unik, seperti bebatuan yang berjejer ataupun bebatuan yang berbentuk naga. Tepat di ujung gua, wisatawan akan melihat pemandangan yang indah sekali yakni tumpukan bebatuan yang menjulang ke atas yang disinari langsung oleh sinar matahari yang menembus masuk ke goa.
Ketiga tempat di atas adalah tempat yang wajib dikunjungi jika anda berminat mengunjungi surga tersembunyi di pulau ini. Alasan utama harus mengunjungi pulau ini adalah karena kelestarian alamnya yang masih terjaga sampai saat ini. Selain karena kandungan oksigen yang sangat tinggi, rupanya pulau ini juga jauh dari kata polusi. Hal ini dikarenakan jarangnya kendaraan bermotor yang ada disini.
Kandungan karbon dioksida yang ada di pulau ini hanya sekitar 265, dengan tingkat kebisingan hanya 36,5%. Jadi, selain udaranya yang menyegarkan suasanya juga menenangkan hati. Tidak heran bahwa pulau ini dijuluki Pulau Awet Muda, sehingga banyak penduduk pulau ini yang berumur panjang dengan kondisi kesehatan yang segara bugar.
Sejak mencanangkan Visit Sumenep 2018, Pemkab sudah mulai memasarkan Pulau Gili Iyang sebagai “Pulau awet Mudaâ€. Infrastruktur sudah banyak mengalami perbaikan, bahkan juga pavingisasi sudah mulai digalakkan sehingga menyentuh hampir seluruh desa. Demikian juga pembangunan home stay di rumah penduduk sudah dipersiapkan. Namun diperlukan adanya promosi besar-besaran untuk pulau ini layak jual menarik minat para wisatawan. Sejak tahun 2015, pulau ini memang sudah dicanangkan untuk wisata kesehatan. Di pulau ini juga sudah banyak menyediakan tour guide sehingga para wisatawan tidak perlu khawatir tersesat ataupun kebingungan untuk menuju lokasi wisata.
By: PUTERI INTAN RIZQI AYU WULANDARI