Everyday is Sunday in Yogyakarta

oleh
oleh
everyday is sunday in yogyakarta

Everyday is Sunday in Yogyakarta – Suasana yang menyenangkan, menyisakan banyak kenangan, dan mampu membawa kita pada mood hari libur dan menghadirkan suasana hari libur meskipun hari kerja. tapi ini bukanlah lagu “Every day Is Like Sunday” ciptaan Morrissei Mantan Vokalis band The Smiths ya… hehe.

Everyday is Sunday in Yogyakarta

Bagi yang sudah traveling ke yogyakarta, pasti tau banget bagaiamana rasanya Setiap hari serasa hari minggu. Tidak berlebihan Quote ” Everyday is Sunday in Yogyakarta ” karena memang Yogyakarta mampu menjadi Holiday Engine yang setiap saat menghadirkan rasa setiap hari seolah hari minggu / Libur. kamu akan merasa relax, dan merasa benar benar dalam situasi liburan. Kamu yang sedang kuliah di Yogyakarta, dapat mengerjakan tugas kamu di lingkungan wisata misalnya Malioboro, tentu saja carilah tempat yang representatif, misalnya cafe atau coffeshop yang terbuka, kamu dapat mengamati lalu lalang wisatawan yang beragam, dapat mengamati atraksi wisata, suasanapun akan terasa kamu adalah wisatawan yang sedang berlibur.

baca juga: Pesona Pariwisata Madura dari 4 Kabupaten

Malioboro – Spot Holiday Engine di Yogyakarta

Everyday is sunday in yogyakarta

Everyday is Sunday in Yogyakarta – Malioboro merupakan salah satu jalan yang berada di Kota Yogyakarta, jalan ini membentang hingga ke Tugu Malioboro. Ditempat ini pula banyak wisatawan berlalu lalang menikmati keindahan kota Yogyakarta dengan berjalan kaki. Kebanyakan dari mereka memutuskan untuk melewati jalanan yang tersedia di trotoar bukan ke jalan raya, sehingga Kawasan jalan raya tetap dikhususkan bagi pengendara kendaraan bermotor. Bukan Yogyakarta Namanya jika tidak menyisakan kerinduan. Yogyakarta merupakan pilihan kota yang tepat untuk berlibur Bersama orang terkasih saat waktu luang, pasalnya kota Yogyakarta tak hanya menyuguhkan keindahan yang membentang disepanjang jalan kawasan lokasinya. Yogyakarta mengajarkan kesederhanaan, budaya, dan guyup rukun antar sesama.

Everyday is sunday in yogyakarta

Rasanya jika berkunjung ke Yogyakarta tidak ada bosennya untuk menjelajahi wilayah-wilayah lainnya selain Malioboro. Ayem tentram, suasana di pemukiman warga, saat saya mengunjungi rumah kawan pada waktu pertama kali saya ke Yogyakarta. Bahasa dengan logat Jawa yang khas. Pripun, enggeh, mboten, sampun menjadi beberapa kosakata yang sering diucapkan saat berinteraksi dengan orang Yogyakarta beberapa jam menghabiskan waktu disana. Andap ashor, sopan, dan santun yang masih melekat jelas dalam benak saya. itulah salah satu alasan kenapa setiap hari terasa hari minggu ” Everyday is Sunday in Yogyakarta “.

BACA JUGA  Bisnis Analis (Odoo)

Pagi itu, kesederhanaan terpampang nyata; ada seorang penjual jamu yang menawarkan dagangannya kepada saya dan kawan yang kebetulan saat itu sedang melewati sepanjang jalan dekat dengan Tugu Yogyakarta. Menggunakan sepeda ontel, Ibu mendorong, dan menawarkan jamu dengan berteriak “jamu.. jamu” sembari tersenyum merekah Ibu sederhana itu menawarkan dagangannya.

” Everyday is Sunday in Yogyakarta ” Jika ada yang mengatakan Yogyakarta adalah 1001 rindu yang terangkum dalam satu, dua hari perjalanan, itu saya orangnya. Yogyakarta selalu menghadirkan ribuan rindu meskipun hanya dalam waktu satu, dua hari saja. Saya juga berinteraksi dengan penjual sate disepanjang titik nol kilometer Yogyakarta, sewaktu saya mendatanginya, senyumnya terlihat merekah, bergegas menunjukan dagangannya kepada saya dan kawan, saling negosiasi, dan akhirnya membuatkan sate untuk kami. Sate itu kemudian kami nikmati di atas kursi, masih disepanjang titik nol kilometer Yogyakarta. Sepoi-sepoi angin menawarkan ketenteraman, mengajak kami untuk berlama-lama di kota ini.

Selepas kami menikmati sate dengan nilai 8/10 itu, kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju tempat penyewaan sekuter disepanjang titik nol kilometer Yogyakarta. Beberapa sekuter telah berjejer di depan gedung dengan bangunan kuno, entah gedung apa namanya. Saya memilih sekuter dengan warna biru itu, bukan Yogyakarta namanya jika orang-orang disekitarnya tidak ramah. Saya diajari bagaimana mengendarai sekuter untuk pertama kalinya. Masih ingat betul bagaimana Bapak yang mengenakan kaos hitam itu mempraktekannya terlebih dahulu didepan saya. Akhirnya saya bisa, dengan lihai kami menyusuri sepanjang jalan Malioboro malam itu. Hmm.. menyenangkan.

Saya mengakhiri perjalanan di sepanjang jalan Malioboro pada pukul 00.30 WIB dini hari. Rasanya perjalanan itu tidak ingin saya akhiri, Yogyakarta selalu memberi magnet bagi saya untuk tetap tinggal. oiya, belum lagi puluhan desa Wisata di yogyakarta yang siap mengantarkan kamu untuk menjadikan setiap hari kamu sebagai hari libur ” Everyday is Sunday in Yogyakarta “. Yogyakarta dan sepucuk cinta, ini adalah enam ratus kata tentang Yogyakarta.  

BACA JUGA  FINANCE

About Author: Sugiati

Gambar Gravatar
Senang menulis, membaca, editing dan mendengarkan musik. Penulis Juga Aktif menulis di beberapa situs dan media online : Kompasiana, retizen republika, karyakarsa, medium, dan detik. Yuk berkarya untuk membuka jendela dunia

Tinggalkan Balasan