Bukan Perang, Ancaman Ini Berpotensi Menggoncangkan Perekonomian Eropa

oleh
oleh

Jakarta, CNBC Indonesia – Perekonomian Eropa menghadapi ancaman terbaru yang datang setelah serangkaian pukulan ekonomi yang disebabkan oleh perang Rusia-Ukraina. Kali ini, Benua Biru harus menghadapi tantangan serius yang berasal dari perubahan iklim yang semakin meruncing.

Komisi Eropa, badan eksekutif Uni Eropa, telah mengidentifikasi bahwa meningkatnya risiko iklim telah menjadi ancaman yang signifikan bagi perekonomian Eropa. Ancaman ini tercermin dalam sejumlah peristiwa ekstrem, seperti gelombang panas yang mencapai tingkat ekstrem, kebakaran hutan yang melanda beberapa wilayah, dan banjir yang menggenangi sebagian daerah Eropa selama musim panas tahun ini.

Dampak dari perubahan iklim ini diperkirakan akan merugikan perekonomian wilayah Eropa pada tahun ini dan beberapa tahun mendatang. Dalam proyeksi ekonominya yang terbaru, Komisi Eropa telah mengurangi perkiraan pertumbuhan ekonomi Uni Eropa untuk tahun 2023 dan 2024. Saat ini, mereka memproyeksikan bahwa produk domestik bruto (PDB) Uni Eropa akan tumbuh sebesar 0,8% tahun ini, yang merupakan penurunan yang signifikan dari perkiraan pertumbuhan 1% yang diumumkan pada musim semi sebelumnya. Selain itu, pertumbuhan ekonomi tahun depan juga mengalami revisi ke bawah, dengan perkiraan pertumbuhan PDB Uni Eropa yang turun dari 1,7% menjadi 1,4%.

Perubahan iklim telah membawa dampak yang luas pada berbagai sektor ekonomi, termasuk pertanian, energi, dan infrastruktur. Terjadinya musim panas yang ekstrem dapat mengganggu produksi pertanian dan mempengaruhi pasokan makanan. Selain itu, bencana alam seperti kebakaran hutan dan banjir dapat merusak infrastruktur yang penting, mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar.

Pemerintah-pemerintah di seluruh Eropa saat ini dihadapkan dengan tekanan untuk mengambil tindakan lebih lanjut dalam mengatasi perubahan iklim dan memitigasi dampaknya. Ini mencakup upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan infrastruktur tahan iklim, dan mengembangkan strategi adaptasi yang lebih baik untuk menghadapi perubahan cuaca yang ekstrem.

BACA JUGA  Tembok Bekas Pabrik di Duren Sawit Ambruk Timpa Rumah warga dan Motor

Resiko Iklim terhadap perekonomian Eropa

“Terwujudnya resiko (iklim) ini menimbulkan kerugian besar bagi perekonomian UE, dalam hal hilangnya modal alam dan memburuknya aktivitas ekonomi, termasuk pariwisata,” kata komisi tersebut dikutip CNN International, Senin (11/9/2023).

“Lemahnya permintaan dalam negeri, terbebani oleh inflasi yang tinggi, serta kenaikan suku bunga sebagai penyebab penurunan peringkat tersebut.”

Secara sektor, industri pariwisata, yang dapat menyumbangkan seperlima PDB tahunan di beberapa negara di kawasan ini, kemungkinan akan sangat terpukul. Masyarakat Eropa sudah mulai memikirkan kembali tempat berlibur di masa depan setelah suhu terik tahun ini di wilayah Selatan.

Komisi Perjalanan Eropa (ETC), sebuah asosiasi organisasi pariwisata, mengatakan pada bulan Juli bahwa jumlah wisatawan Eropa yang berencana melakukan perjalanan ke destinasi Mediterania pada musim panas dan musim gugur tahun ini telah turun 10% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2022.

“Sementara itu, Republik Ceko, Bulgaria, Irlandia, dan Denmark, yang cuacanya lebih sejuk, mengalami lonjakan popularitas,” kata ETC.

Wisatawan dari luar UE juga mungkin kehilangan minat untuk berlibur ke Italia dan Yunani, yang keduanya sedang berjuang melawan kebakaran hutan. Seorang juru bicara di ForwardKeys, sebuah perusahaan data perjalanan, mengatakan adanya pergeseran minat turis Inggris ke wilayah yang lebih Utara.

“Pemanasan global dapat merusak pariwisata dengan cara lain: dengan mempercepat erosi pantai dan memperbesar kebakaran hutan yang melanda hutan, sementara keduanya merupakan bagian dari modal alam Eropa,” kata David Owen, kepala ekonom di Saltmarsh Economics.

Selain pariwisata, industri agrikultur juga terdampak. Suhu yang sangat panas telah menjadi berita buruk bagi pohon zaitun, selama dua tahun berturut-turut, dan para pakar industri memperingatkan akan meroketnya harga dan potensi kekurangan minyak zaitun.

BACA JUGA  Negara-negara yang Pernah Ganti Nama, India Fix Jadi 'Bharat'?

Di Spanyol, produsen minyak zaitun terbesar di dunia, produksinya sudah anjlok. Untuk Eropa secara agregat, nilainya telah turun hingga 700.000 metrik ton atau 30%.

“Kenaikan suhu berisiko menghambat pertumbuhan ekonomi terbesar ketiga di UE, dimana sektor pariwisata dan pertanian merupakan sektor yang paling terkena dampaknya,” pungkas Bank of Italy.

Source link