Aek Rara atau “Air Merah” dalam bahasa Indonesia adalah sebutan masyarakat setempat untuk kolam pemandian air soda yang terletak di Desa Parbubu, Kecamatan Tarutung, Provinsi Sumatera Utara. Disebut “Air Merah” karena warna airnya yang cenderung berwarna merah saat pertama kali ditemukan. Kolam berukuran sekitar 30 m2 dengan kedalaman 1,6 m ini ditemukan pada tahun 1973 oleh Minar Sihite dan resmi dibuka untuk umum sebagai objek wisata pada tahun 1976.
Wisata Pemandian Air Soda “Aek Rara”
Berbicara tentang potensi wisata, salah satu potensi wisata “menjanjikan” tersebut terletak di Sumatera Utara, tepatnya di Desa Parbubu, kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara. Masyarakat setempat biasa menyebut objek wisata tersebut dengan sebutan Aek Rara atau pemandian air soda.
Dengan keunikan dan segala potensi yang dimilikinya, Aek Rara telah menjadi magnet baru bagi wisatawan yang penasaran akan sensasi berendam di “pemandian langka” yang diklaim hanya ada 2 di dunia yang mana salah satunya yang terdapat di Venezuela diketahui tidak lagi dibuka untuk umum. Artinya, warga Indonesia khususnya Tarutung patut berbangga diri sebab pemandian Aek Rara kini menjadi satu-satunya pemandian air soda di dunia.
Penamaan air soda sendiri merujuk kepada fenomena alam yang mana mata air yang keluar memenuhi kolam memiliki karakteristik seperti air soda yang biasa kita temukan pada minuman berkarbonat baik dari segi rasa maupun bentuk.
Pemanfaatan sumber daya alam tersebut bukanlah satu-satunya magnet bagi para wisatawan yang ingin berkunjung. Sebab, daerah Tarutung sendiri masih sangat menjaga dan melestarikan kearifan lokal ataupun identitas serta kepribadian daerah mereka sendiri. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya warga Tarutung yang berprofesi sebagai penenun ataupun pembuat ulos. Artinya, warga setempat masih menjaga warisan budaya serta dapat memanfaatkan identitas budaya mereka sebagai sumber mata pencaharian.
Tak cukup disitu, wonderland Indonesia yang satu ini juga terletak di lokasi yang sangat memanjakan mata. Terletak di lokasi yang terbilang strategis menjadikan Aek Rara memiliki peluang yang lebih dari cukup untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas UMKM daerah setempat melalui pemberdayaan masyarakat di sektor pariwisata. Namun, kenyataannya, berbagai tantangan serta rintangan yang menghadang diketahui telah berdampak akan belum maksimalnya pemanfaatan objek wisata ini sebagaimana mestinya. Lantas, adakah winwin solution yang dapat diterapkan untuk memaksimalkan potensi “harta karun tersembunyi” yang satu ini?
Pemanfaatan Wisata Aek Rara untuk pembangunan Ekonomi Masyarakat
Mengingat besarnya potensi yang dimiliki Aek Rara sebagai objek wisata yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat sekaligus meningkatkan kapasitas dan kualitas UMKM daerah, rasanya wajar saja jika orang-orang khususnya masyarakat setempat memasang ekspektasi yang tinggi akan pengoptimalan hidden treasure yang satu ini.

Pasalnya, berdasarkan data yang ada, industri pariwisata memegang peran yang cukup krusial dalam perekonomian Indonesia. Mengikut data yang diperoleh, salah satu dampak ekonomi terbesar industri pariwisata terjadi pada penyerapan tenaga kerja sebanyak 9,00% dari kesempatan kerja nasional pada tahun 2014 atau setara dengan 10,32 juta orang yang berada pada industri-industri terkait pariwisata.
Sementara itu, dampak sektor pariwisata terhadap PBD ialah sebesar 261,06 triliun rupiah pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 297,97 triliun rupiah pada tahun 2011. Angka peningkatan PBD oleh sektor kepariwisataan ini diperkirakan tidak akan berhenti sampai disini dan akan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Strategi Pengembangan Wisata Aek Rara
Sejauh ini, pemanfaatan dan pengoptimalan potensi wisata Aek Rara masih terhalang oleh berbagai hambatan yang berakibat pada belum tercapainya hasil se-epic yang diharapkan. Kurangnya perhatian dari pemerintah setempat dituding sebagai problematika utama, yang mana masyarakat lokal terutama Minar sendiri mengaku tak memiliki modal yang cukup untuk menambah daya tarik Aek Rara baik dengan penambahan fasilitas maupun pembangunan yang lebihterstruktur dan terencana.
Unsur-unsur pariwisata seperti kuliner, oleh-oleh, penginapan dan homestay dapat memberikan dampak langsung bagi perputaran UMKM di Desa Parbubu sehingga menjadi magnet perputaran ekonomi yang cepat. Melihat dari potensi pelaku UMKM di Desa Parbubu ini lebih mengarah kepada pembangunan manusia, yaitu dengan keterampilan dalam menjalankan usahanya serta jumlah pengrajin dan pengusaha yang cukup memadai untuk dikembangkan dengan keikutsertaan masyarakat secara aktif, maka pembangunan ekonomi rakyat ini lebih dipusatkan kepada pembangunan manusianya, yaitu pembangunan melalui pemberdayaan.
Pemberdayaan merupakan salah satu strategi pembangunan untuk meningkatkan sektor yang berpotensi serta dapat dirancang dan dikembangkan dalam kegiatan pembangunan, termasuk di Desa Parbubu. Sebagaimana pandangan tentang pemberdayaan, UMKM di Desa Parbubu mempunyai asumsi bahwa dengan pemberdayaan, pembangunan dan pertumbuhan usaha pelaku UMKM akan berjalan dengan sendirinya jika masyarakat diberi hak untuk mengelola sumber daya yang mereka miliki dan menggunakannya untuk pembangunan masyarakat serta kesejahteraannya.
Salah satu rancangan pemberdayaan di Desa Parbubu adalah dengan dilaksanakan Strategi Pemberdayaan yaitu pembangunan yang berbasis pada potensi masyarakat setempat, utamanya strategi pemberdayaan pada pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah berbasis komunitas yaitu:
– Penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan
– Penyederhanaan perizinan usaha
– Pengembangan jaringan mitra dengan stakeholders
– Promosi produk unggulan
– Dukungan digitalisasi UMKM
Dalam upaya peningkatan mutu kawasan wisata, diperlukan komunikasi serta kerja sama yang baik antara masyarakat setempat dan pemerintah. Dalam hal ini, peranan pemerintah terutama lembaga yang bertanggung jawab akan zona kepariwisataan sangat diperlukan demi tujuan yang ingin dicapai. Pemerintah dapat berperan sebagai pimpinan yang menyediakan anggaran, mengatur serta mengayomi masyarakat sekitar untuk dapat memanfaatkan potensi wisatanya sebagai sumber mata pencaharian.
Sementara itu, masyarakat sekitar dapat menuangkan kreativitasnya dalam memperkenalkan warisan budaya khas daerah demi meningkatkan daya tarik Kawasan Wisata Aek Rara ini. Contohnya, masyarakat lokal dapat memproduksi barang ataupun kerajinan khas Batak Toba seperti ulos, miniatur rumah adat, ukiran tradisional, dan kerajinan lainnya sebagai souvenir ataupun oleh-oleh khas yang dapat menarik minat wisatawan sehingga berkontribusi dalam peningkatan ekonomi masyarakat sekitar.
Tentunya, masyarakat akan dituntut untuk menyajikan barang khasnya dengan sekreatif mungkin, sebab kreativitas merupakan salah satu kunci utama dalam kesuksesan suatu bidang usaha. Selain kreativitas, hal lain yang pastinya tak kalah penting ialah penjagaan mutu ataupun kualitas barang yang diproduksi.
Selain memproduksi souvenir khas, Masyarakat sekitar juga dapat menyajikan pertunjukan budaya yang seharusnya dapat menarik minat wisatawan sekaligus memperkenalkan kearifan lokal masyarakat setempat kepada wisatawan lokal maupun internasional. Sebut saja tari tor-tor sebagai salah satu contohnya.
Dengan penyajian pertunjukan tari tor-tor yang dikemas dengan menarik, bukan tidak mungkin wisatawan lokalmaupun internasional akan tertarik untuk berkunjung bahkan mempelajari kebudayaan masyarakat setempat yang disajikan. Dengan demikian, masyarakat dapat menggunakan kearifan lokalnya sebagai pendongkrak UMKM daerah melalui sektor pariwisata sekaligus memperkenalkan keunikan budayanya ke masyarakat yang lebih luas.
Pengembangan Aspek Pendukung UMKM Masyarakat Menuju era Society 5.0
Sementara itu, tiga aspek yang harus di terapkan untuk membangun UMKM Desa Parbubu untuk menghadapi era Society 5.0 adalah:
- Membangun daya tarik. Daya tarik diperlukan untuk meningkatkan investasi. Investasi memegang peranan penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
- Membangun daya tahan (resiliensi) . Daya tahan merupakan kemampuan menyesuaikan diri serta memulihkan diri dari tekanan-tekanan faktor ekonomi maupun non ekonomi. Dalam lingkungan yang senantiasa berubah di mana peluang dan risiko dapat muncul setiap saat, setiap unit ekonomi perlu mempersiapkan diri. Hal yang dapat dilakukan adalah melalui diversifikasi produk serta pengembangan jiwa kewirausahaan.
- Membangun daya saing. Di samping menghadapi era Society 5.0, tantangan yang sedang dihadapi pemerintah daerah adalah demokratisasi dan desentralisasi atau otonomisasi. Masing-masing daerah bebas mengembangkan kreasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Oleh karenanya, beberapa hal yang menjadi poin penting guna mampu membangun daya saing daerah, yaitu (1) Harus selalu kreatif, inovatif, dan mampu memahami dan adaptif Terhadap perubahan yang terjadi; (2) mampu menggali dan mengembangkan sumber daya lokal yang memiliki keunggulan yang komparatif menjadi keunggulan kompetitif, (3) adanya komitmen bersama untuk mengembangkan pengrajin baru yang memiliki semangat dan jiwa kewirausahaan yang tinggi
Selain strategi-strategi yang telah dijabarkan sebelumnya, strategi lain yang tak kalah penting untuk diperhatikan dalam upaya peningkatan mutu objek wisata ini ialah strategi promosi yang dilakukan untuk menarik minat masyarakat yang lebih luas.
Seperti yang kita ketahui, promosi dapat dikatakan merupakan “tulang punggung” dalam sistem kepariwisataan. Kesuksesan suatu objek wisata dikunjungi oleh masyarakat luas terletak pada bagaimana sistem promosi dilakukan. Untuk itu, diperlukan metode promosi yang matang dengan memanfaatkan media-media yang ada. Maka dari itu, untuk menarik minat wisatawan dalam skala yang lebih besar dan luas, diperlukan program yang efektif dan terencana yaitu “EVA “ atau English Virus Attack.
Program EVA (English Virus Attack)
English Virus Attack adalah sebuah program yang dirancang dengan tujuan meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris pada lokasi ataupun desa wisata melalui metode pembelajaran seperti pelatihan Bahasa Inggris yang diterapkan pada TKI. Program ini dapat disebut sebagai salah satu secret weapon ataupun terobosan baru bagi Desa Parbubu untuk dapat lebih mengenalkan objek wisata yang dapat disebut sebagai ikon daerah ini kepada wisatawan lokal maupun internasional.
Program ini dipercaya mampu memberi pengaruh besar dalam pengembangan industri-industri kreatif maupun potensi yang ada di Desa Parbubu sendiri. Sebab, di era yang terus berkembang ini, Indonesia dituntut untuk siap dalam menghadapi era Society 5.0, yang mana Indonesia tak hanya memiliki misi untuk menarik minat penduduk lokal, namun juga minat wisatawan dalam skala internasional dengan memanfaatkan perkembangan teknologi.
Untuk itu, penguasaan Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional tentu dapat dikategorikan sebagai aspek yang krusial dalam upaya pemasaran atau promosi. Melalui program ini, UMKM desa Parbubu bisa menawarkan berbagai kreasi kepada wisatawan khususnya wisatawan mancanegara yang pastinya masih tabu akan kearifan lokal yang dimiliki objek wisata ini.
Tak hanya itu, melalui program English Virus Attack ini, kita juga dapat membawa hasil industri kreatif tersebut ke IFFINA (International Furniture and Craft Fair Indonesia) yang tentu saja, mau tidak mau Bahasa Inggris mutlak diperlukan untuk kita dapat memperkenalkan serta menawarkan kualitas dan keunikan kreasi-kreasi khas warga setempat kepada masyarakat Internasional.
Program ini terinspirasi dari Ismuadi, seorang mantan TKI yang berhasil menciptakan English Environment di desa Limbasari Purbalingga. Tiga metode pengajaran Bahasa Inggris yang dapat di terapkan di desa Parbubu yaitu, metode lempar bola dengan cara salah satu dari mereka memegang bola plastik. Pada bola tersebut tertulis kata name. Pemegang bola lalu melemparkannya pada orang yang ada di hadapannya.
Begitu mendapat bola itu, penerima bola lalu berucap, “My name is ……” lalu melemparkan bola itu pada orang lain secara acak, dan penerima bola pun menyebutkan namanya. Metode kedua yaitu metode flashcard. Tiap kartu bertuliskan ungkapan. Tiap peserta pelatihan mendapat kartu seharga Rp 250 sebagai pengganti foto kopi. Mereka lalu diminta menghafalkannya. Terakhir adalah metode listening. Yaitu mewajibkan peserta pelatihan memiliki alat pemutar mp3. Lalu memasukkan rekaman ucapan bahasa Inggris yang diunduh dari internet. Peserta mendengarkan ucapan itu untuk menyesuaikan logat ucapnya.
Harapan dari Wisata Aek Rara
Suatu wilayah dikatakan layak menjadi objek wisata apabila ia memiliki semua unsur-unsur wisata sebagai syarat, yang mana unsur-unsur tersebut meliputi wisata alam, wisata budaya maupun wisata hasil buatan manusia. Dalam hal ini, pemandian air soda atau Aek Rara sendiri masih layaknya sebuah “harta karun” yang masih tersembunyi di desa Parbubu.
Dengan keunikan serta kelangkaannya sebagai magnet utama, pun lokasinya yang strategis serta kearifan lokalnya yang amat beragam dan masih terjaga dengan baik, Desa Parbubu semestinya telah menjadi desa wisata yang dikelola dengan baik, dengan pemberdayaan masyarakat sekitar berbasis kearifan lokal yang ada, sementara Aek Rara sendiri tak hanya berpotensi menjadi primadona warga Tarutung, namun juga menjadi wonderland Indonesia yang mampu menjadi magnet bagi wisatawan lokal dan internasional untuk berkunjung.
Tanpa adanya upaya dan perencanaan yang matang dan tepat sasaran dari pemerintah setempat juga masyarakat sekitar, tentunya semua hal tersebut hanyalah sebatas angan-angan saja. Dalam upaya peningkatan kualitas sektor wisata, ucapan atau rencana saja tentunya tak cukup untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
Untuk itu diperlukan perencanaan yang matang, kerja sama yang baik, susunan kepengurusan yang terstruktur, sumber daya manusia yang berkualitas serta tindakan yang nyata. Tanpa salah satu aspek yang disebutkan, tujuan yang diinginkan akan sulit tercapai dan Aek Rara selamanya hanya akan menjadi hidden treasure bagi warga Tarutung. Artinya, terlepas dari potensi nya yang besar, harta karun tersebut sejatinya tetaplah tersembunyi, yang mana seharusnya harta karun tersebut dapat menjadi sumber penghasilan dan pendongkrak ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Untuk itu, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan dan diterapkan pemerintah demi memaksimalkan potensi objek wisata yang satu ini. Di antaranya ialah penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan, penyederhanaan perijinan usaha, pengembangan jaringan mitra dengan stakeholders, promosi produk unggulan, dan dukungan digitalisasi UMKM. Selain upaya-upaya di atas, program-program bermanfaat seperti program EVA juga penting untuk diterapkan agar segala usaha yang dilakukan dapat mencapai hasil yang maksimal dan sesuai dengan harapan.
Tak hanya pemerintah, masyarakat juga dituntut untuk kreatif dalam memanfaatkan kearifan lokal yang dimilikinya. Kreativitas, keuletan, kerja keras dan mental seorang pengusaha merupakan modal penting yang harus dimiliki masyarakat setempat untuk dapat menjadikan desa Parbubu sebagai desa wisata yang terorganisir dengan baik, tak lupa Aek Rara sebagai ikon baru bagi warga Tarutung, sehingga warga Indonesia khususnya Tarutung dapat dengan bangga memperkenalkan fenonema alam yang unik ini kepada masyarakat yang lebih luas di seluruh dunia.
Kita semua tentunya berharap agar rancangan serta program-program di atas dapat terealisasikan dengan baik secepatnya. Untuk itu, semoga pemerintah setempat dapat menaruh perhatian lebih serta melakukan upaya dan tindakan nyata dalam misi pemberdayaan SDM yang berkualitas berbasis kearifan lokal yang ada di Tarutung khususnya Desa Parbubu.
Untuk masyarakat setempat, agar kiranya dapat menjalin kerja sama yang baik dengan pemerintah dalam bentuk mengikuti program dan rancangan yang nantinya diterapkan oleh pihak yang bersangkutan. Dengan demikian, bukan tidak mungkin Aek Rara akan menjadi “harta karun” yang seutuhnya, yang tidak lagi tersembunyi, yang dapat menjadi primadona dan tentunya memberi banyak manfaat bagi masyarakat sekitar terutama pada sektor wisata yang akan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat setempat.
Dina Tritami Faisal & Maritsa Amanda
Artikel disampaikan dalam Lomba LOMBA ESAI GEMPITA (GEMAR KEPENULISAN TAHUNAN) UKM-F SMART 2021 Universitas Trunojoyo Madura